Jujur saja, saya mulai suka dengan lawan jenis ketika lulus SD. Karena yang ada dipikiran saya saat itu hanya bagaimana caranya menjadi juara kelas supaya banyak teman.
Saya paling takut soal cinta-cintaan, suka-sukaan apalagi pacaran, saat masih SD dulu. Karena ibu saya galak. Dan belum waktunya juga. Mungkin, kalau suka “saja” dengan lawan jenis tidak apa-apa, itu normal. Tapi saya selalu menganggap, suka dengan laki-laki sama dengan “akan” pacaran.
Padahal beberapa teman saya sudah mulai banyak yang mengenal kata “pacaran”. Dan setiap malam minggu, saya dan beberapa teman saya yang jomblo, ikut ngapel ke danau menemani teman saya yang centil bertemu kekasihnya.
Tapi siapa sangka, biarpun saya gendut ada satu laki-laki yang menyukai saya dari kelas 4 SD. Namanya Adib. Ayahnya bekerja di pabrik makanan ringan Oreo. Tiap sebulan sekali pasti saya dikasih 1 pack produk makanan ringan tersebut. Hanya saya yang diberi dari sekian banyak perempuan di kelas. Dia termasuk anak yang pintar di kelas. Jadi saya manfaatkan dia untuk mengajarkan saya beberapa rumus matematika, karena kebetulan dia juga les di luar.
Lulus SD, masuk SMP. Sudah punya handphone sendiri. Walaupun hanya Nokia 1800. Sudah mulai berani chatting dengan laki-laki. Awalnya karena sering ketemu dengan tidak sengaja, berpas-pasan dijalan. Akhirnya saya jadi suka kakak kelas itu, yang juga tetangga belakang rumah saya. Kita beda sekolah. Dia di sekolah swasta islam terpadu sedangkan saya di sekolah negeri biasa.
Dua tahun berjalan. Ternyata kedekatan saya dengan tetangga belakang rumah, membuat saya dilabrak kakak kelas perempuan. Sebut saja Amel. Memang nama aslinya Amel. Amel Sukma Wardhani. Saking masih ingat nama facebooknya. Dan kita satu sekolah.
Si Amel datang masuk ke kelas saya dengan tiga kakak kelas lainnya. Dia bilang bahwa saya merebut pacarnya. Saya tanya balik, “Pacar yang mana?”
Yang dia maksud adalah tetangga belakang rumah saya itu. Yang dekat dengan saya. Yang memang sudah jadi pacar pertama saya🤣
Jadi kejadiannya adalah dimana saya dilabrak oleh selingkuhan doi.
Disitu pertama kalinya saya merasakan sakit hati karena diselingkuhi💔😭
Salah satu teman saya dengan bijak bilang seperti ini, “Gapapa Fit, karma pasti ada. Kalau bukan dia yang kena, masih ada ibunya, adek perempuannya, atau nanti anak perempuannya.”
Menurut saya kalimat tersebut pada jaman saya SMP dulu merupakan kalimat yang wahhhh…. luar biasa kerennya
Tapi semakin tumbuh dewasa, menurut saya kalimat tersebut hanya menjadi kalimat penenang saja. Semakin banyak masalah yang timbul ketika saya sudah berani menaruh hati pada laki-laki.
Banyak orang menanggap karma adalah suatu balasan yang buruk. Padahal karma adalah perbuatan. Dimana kalau kita berbuat baik, maka karma baik yang akan didapat. Kalau berbuat kejahatan, maka karma buruk yang akan didapat.
Jadi karma yang mungkin dimaksud teman saya pada saat itu adalah karma buruk.
Saya pun baru paham arti kata karma setelah membaca beberapa pendapat Erlangga Greschinov lewat media sosial Ask.fm, sekitar tahun 2016.
Cerita hati saya berlanjut di SMK. Saya kenal kembali dengan laki-laki berinisial B. Babi🐷 *Ehhhhhhh
Namanya sama dengan tetangga belakang rumah saya itu. Yang ini terlihat berbeda.
Kekaguman saya padanya muncul saat saya mengetahui dia bekerja sambil kuliah. Dia punya kamera mahal. Dia bisa nyetir mobil dan punya mobil. Dia bartender. Dia keren, menurut saya pada waktu itu. Dan alisnya tebal, hidungnya mancung. Walaupun lebih pendek dari saya. Satu lagi, dia orang Jawa.
Berjalan selama 3 tahun. Dengan kondisi, saya masih jadi anak sekolah dan dia tetap pada kesibukannya bekerja sambil kuliah. Karena dia ambil jurusan Administrasi Perhotelan, beberapa teman saya mengingatkan soal banyaknya perempuan cantik dilingkungan kampusnya. Apalagi dia kerja di hotel, resepsionisnya itu cantik-cantik.
Karena saya percaya, jadi saya tidak pedulikan hal itu. Toh selama ini berjalan baik-baik saja.
Hingga akhirnya saya lulus SMK dan mulai bekerja. Memiliki penghasilan sendiri.
Doi B yang saya kagumi, sempat cuti kuliah 1 semester karena banyaknya job di hotel. Banyak acara, jadi dia harus menyiapkan beberapa jamuan untuk para tamu.
Pekerjaan sebagai bartender yang dia lakoni tidak hanya di satu hotel. Tugas menetapnya di Hotel Santika Premiere Harapan Indah. Sisanya hotel-hotel ternama di Jakarta. Lumayan bagi dia yang gaya hidupnya highclass. Dia juga sering dapat uang tip dari para tamu, dan jika dikumpulkan jumlahnya sangat banyak.
Hanya cuti satu semester, akhirnya doi B melanjutkan kembali kuliahnya. Tentunya karena dia merasa saya sudah bekerja dan punya penghasilan, dia pinjam uang saya dengan alasan untuk bayar kuliah.
Awalnya dia minta dalam jumlah banyak sekaligus. Saya bilang tidak punya. Akhirnya saya beri pinjam. PINJAM lho ya.
Saya pinjamkan uang ke dia semampu saya.
Kenapa bisa? Kok mau minjemin orang?
Saya ingat pada saat saya masih sekolah. Setiap bertemu, dia yang bayar tiket bioskop. Dia yang bayarin makan. Dia yang beliin minuman. Dia yang beliin saya kado waktu saya ultah.
Yang pada dasarnya saya tidak ingin merepotkan dia apalagi sampai dicap perempuan matre. Walaupun itu adalah keharusan dia sebagai laki-laki. Yang saya takutkan satu lagi adalah ketika saya dan dia sudah tidak baik-baik saja. Apa yang sudah dikasih ke saya bakal diungkit dan diminta kembalikan. Itu yang buat saya jadi pusing seandainya terjadi.
Makanya dikesempatan ini saya jadikan meminjaminya uang sebagai rasa terima kasih saya. Walaupun hanya meminjamkan bukan memberi. Artinya, disaat dia susah saya masih bisa membantu.
Saya beri pinjam uang ke dia secara bertahap untuk bayar kuliah.
Hobinya mahal, dia suka motor klasik. Uangnya habis hanya untuk motornya.
Upss…. Bukan habis karena motornya saja. Tapi juga untuk mendapatkan perempuan pengganti saya. Yang pada saat itu statusnya masih jadi gebetannya.
Rupanya setelah saya mau meminjamkan uang ke dia. Dia semakin melunjak. Dia jadi sering pinjam uang ke saya dengan angka yang lumayan besar. Bukan ratusan melainkan jutaan.
Saya batasi. Saya tahan. Walaupun saya sayang dan takut kehilangan dia.
Dia minta uang pinjaman cair di bulan Juni, saya bilang ada di Juli. Sudah masuk bulan Juli, dia tagih saya, saya bilang baru ada dan cair di Agustus. Hingga akhirnya dia marah kepada saya, dan tidak pernah lagi menghubungi saya. Pesan saya hanya di read.
Hingga keesokan harinya, saya melihat foto profilnya sudah berubah dengan wanita lain.
Pagi itu menjadi pagi yang buruk untuk saya. Saya merasakan sakit hati untuk kedua kalinya💔
Saya marah sekali. Dan berusaha mencari tahu siapa perempuan itu. Saya ini stalker. Sebelum dia ubah foto profil itu, saya seperti sudah tahu siapa wanita itu.
Setelah saya buka instagram, ternyata benar. Wanita itu yang kemarin saya curigai waktu saya stalk doi B.
Saya begitu marah. Saya tagih hutangnya yang kemarin.
Gagal. Saya di blokir. WhatsApp, Instagram, Line, Facebook. Semuanya. Saya buntu. Saya merasa uang saya hilang. Padahal itu harapan saya untuk bisa kuliah. Dan saya sudah beri tahu itu ke dia. Padahal dia juga yang jadi penyemangat saya untuk bisa kerja sambil kuliah, mengikutinya.
Tapi saya dikhianati. Semangat saya jadi luntur.
Dalam hitungan bulan, saya bisa mengetahui. Bahwa uang yang saya pinjamkan selama ini ternyata bukan untuk bayar kuliah. Melainkan untuk modal dia membelikan bucket bunga dan coklat untuk dibawa pada saat gebetannya selesai sidang.
Jahat menurut saya. Perasaan saya waktu itu semakin tidak karuan.
Baru sebulan kemudian, pikiran saya kembali jernih. Saya sedikit lebih tenang. Ada satu harapan. Adiknya. Saya rasa perlu kontak adiknya untuk membahas mengenai masalah ini.
Saya memang dekat dengan adiknya, sangat dekat. Sampai ibunya pun akrab dengan saya. Tapi saya tidak berani bilang langsung ke ibunya. Melainkan lewat perantara adiknya. Saya jelaskan satu persatu kronologinya. Adiknya kaget dan langsung memberi tahu ibunya.
Ibunya pun kaget. Dan merasa tidak enak pada saya. Hingga akhirnya ibunya berjanji akan melunasi hutang anaknya itu. Saya merasa aman karena sudah mendapat jawaban.
Menunggu hampir setengah tahun, saya mulai ikhlas ditinggal kekasih tapi kabar soal uang saya tidak ada update lanjutan juga. Sampai akhirnya saya kepo dengan kehidupan doi B setelah perpisahan itu. Saya tanya salah satu teman satu club motornya. Temannya bilang doi B jarang kopdar. Pikir saya, kalau jarang kopdar berarti tidak punya uang. Dan tidak bisa ditagih.
Dan teman doi B yang saya maksud itu adalah doi saya saat ini.
Jadi berkat perpisahaan ini saya bisa dapat langsung penggantinya.
Hampir 10 bulan, tiba-tiba ada seorang perempuan mencoba menghubungi saya bak pahlawan kesiangan, bilang akan melunasi hutang-hutang pacarnya.
Sebut dia “L”.
L bilang akan melunasi hutang doi B. Tapi semakin kesini, pesannya semakin menghina saya. L bilang saya seperti pengemis.
Saya sempat tak terima dan curhat ke salah satu teman saya. Teman saya bilang “Jangan balas dendam”.
Karena tak kunjung selesai, ini tidak bisa hanya lewat chatting saja. Akhirnya saya datang langsung ke rumah doi B.
Saya disambut ibunya. Kami saling curhat. Posisinya saat itu doi B sedang diluar rumah. Dia kabur dari rumah sudah 3 hari tidak pulang. Karena dia minta sesuatu tapi tidak dituruti.
Ibunya curhat soal sikapnya yang berubah setelah mengenal L. Ibunya tidak suka L. Karena L selalu memaksa minta dinikahi, sedangkan L ini non muslim. Dan doi B masih kuliah dan tidak punya pekerjaan tetap. Semenjak putus dengan saya, rupanya doi B nganggur. Banyak temannya memusuhi dia karena sikapnya yang berubah.
Ibunya juga bilang, setelah kejadian itu doi B benci dan mudah marah ketika ada orang yang menyebut nama saya. Tiap kali ada panggilan pekerjaan, selalu gagal. Sudah mulai digenggam, tapi gagal lagi.
Menurut ibunya, masalah ini menutup pintu rezeki doi B karena sulit dapat pekerjaan.
Si L jadi sering menguhubungi saya, mencoba membuat saya cemburu. Perempuan itu bilang akan menikah dengan doi B dalam waktu dekat, di gedung mewah dan baru bisa melunasi hutang setelah pesta selesai.
Chatting tersebut saya screenshoot dan kirim ke ibu doi B. Ibu doi B bilang, tidak ada pernikahan diantara mereka. Itu bohong. Bagaimana bisa menikah tanpa restu orang tua, Romonya juga tidak suka dengan L.
Ini waktunya saya membalas kata-kata pedas dari L kemarin. Saya screenshoot kembali balasan dari ibunya doi B.
Hingga sebulan berlalu saya baru tahu, putusnya doi B dengan L adalah karena ulah saya kirim screenshoot pesan dari ibu doi B.
Yang pada akhirnya doi B menjomblo saat ini dan si L sudah menikah dengan laki-laki pilihannya.
L yang ingin sekali menikah di gedung mewah dengan doi B ternyata hanya mendapat kehaluannya saja.
Tidak sampai disitu, uang saya akhirnya kembali walaupun belum semua. Setidaknya uang itu cair, pas pada saat saya mau masuk kuliah.
Saya sempat tidak percaya soal hukum karma buruk yang pasti terjadi kepada siapa saja yang berbuat jahat. Dulu saya sering bertanya ke tiap teman ataupun kakak sepupu saya, “Emang orang jahat pasti ada balesannya?”
Jawabannya semua sama, “Ya ada lah.”
Sampai kalimat pertanyaan jahat saya keluar, “Tapi kenapa doi B sama L masih happy-happy aja ga kena musibah?”
Dan jawabannya tidak perlu dijawab manusia. Allah punya rencana dan sudah di set schedule kapan balasan itu sampai pada pelaku kejahatannya.
Pesan ibu saya, selingkuh itu murni dilakukan secara sadar. Kita nggak bisa menyalahkan salah satu diantara pelaku perselingkuhan tersebut. Tapi saya lebih cenderung menyalahkan si perempuan, karena saya merasa tersaingi.
Saya nggak suka ya jadi korban pelakor kaya gini.