Akhir-akhir ini banyak berita tersiar tentang teror anak kobra. Baik itu dipemukiman warga ataupun dipabrik-pabrik.
Ditambah lagi hari ini sedang beredar kabar soal impeachment Presiden AS, Donald Trump.
Tapi saya tidak ingin membahas kedua berita tersebut. Biar si Panji Petualang yang jawab soal teror anak kobra itu.
Dan Pak Dahlan Iskan yang bahas lebih detail soal kasus Donald Trump tersebut. Besok, di DI’s Way. Semoga saja.
Mumpung malam Jum’at. Saya ingin bercerita sedikit horor tapi juga sedikit humor.
Bisa di bilang cara bergaul dikampus saya itu saling berkelompok. Maksudnya berkelompok ini, seperti punya geng ditiap kelas.
Kelompok yang paling banyak pesertanya ada dikubu saya. Terdiri dari lima perempuan dan delapan laki-laki. Entah siapa dulu yang mulai cara bergaul seperti ini.
Kami juga memiliki kesibukan diluar kuliah. Ya kesibukannya itu kerja.
Ada yang bekerja di RSUD Kota Bekasi dibagian administrasinya, ada yang jadi kepala gudang di pabrik aluminium. Ada yang jadi operator produksi di pabrik parfum. Ada juga yang jadi penjaga loket bioskop. Masing-masing dari mereka juga sering bekerja shift malam.
Mereka juga yang menurut saya gila.
Kenapa menurut saya mereka gila? Karena, setiap masuk kelas ada saja yang dari awal sampai selesai pelajaran pundaknya miring.
Dimiringkan supaya bisa dijadikan sandaran kesedihan. Hahaha
Bukan, bukan. Itu pundaknya miring katanya ada yang gelayutin. Dan rasanya berat. Jadi dia akting pundaknya dimiringin.
Ada juga yang bilang, “Jangan sentuh gue. Ini gue lg bawa temen kecil.”
Terus ada yang akting adegan mau muntah gitu kalau lihat ke sudut ruangan.
Saya bilang, “Lu pada gila ya!”
Dan jawaban andalan mereka begini, “Lu aja ga liat. Coba liat. Pasti mau muntah. Disini tuh rame, bukan manusia aja isinya.”
Lah kan emang Allah menciptakan bukan hanya yang kasat mata tapi juga tak kasat mata. Dan sudah punya dunianya masing-masing, jadi menurut saya kalau mereka begitu lebih cenderung seperti mengada-ada.
Setelah itu dilanjut dengan bincang-bincang horor lainnya sebelum dosen masuk kelas.
Dimulai saat teman saya bilang, “Tadi di rumah sakit, temen kerja gue kemasukan poci.”
Poci yang ada dipikiran saya…
Poci yang dimaksud….
Disambung cerita panjang lebar. Giliran saya yang gantian bercerita. Mereka bahas soal pocong. Saya juga membahas soal pocong.
Pocong jadi-jadian di area komplek perumahan saya di Tambun. Yang misinya katanya ingin mencuri motor.
Jadi saat ini posisinya, saya tinggal di rumah peninggalan Almh. Mbah Uti. Dan rumah orang tua saya dikontrakan ke pakde saya. Jadi setiap kejadian apapun yang ada dilingkungan rumah itu, pasti dilaporkan ke ibu saya.
Ceritanya begini. Posisi rumah saya dikomplek itu ada di depan masjid. Disamping kiri masjid tempat menyimpan keranda dan ada beberapa pohon pisang.
Katanya sih pohon pisang itu rumahnya pocong.
Jam 11.00 malam, ada anak tetangga baru pulang dari kegiatannya. Kemudian langsung memasukkan motor ke dalam rumah. Setelah itu mengunci semua pintu.
Si anak lapor ke mamanya untuk mengecek kembali kondisi depan rumah. Karena dia merasa ada yang aneh.
Ibunya pun langsung mengecek lewat jendela.
Terkejut si ibu, melihat pocong ada didepan gerbangnya. Dikira hanya dia yang melihat akhirnya si ibu langsung menyuruh semua anaknya tidur dan membiarkan lampu menyala.
Ternyata bude saya juga melihat. Kebiasaan bude saya adalah tidak pernah menutup pintu rumah saat mau tidur. Posisinya saat itu bude saya sedang membungkus es mambo untuk jualan besok. Awalnya beliau kira itu pohon. Tapi kenapa pohon kok loncat-loncat. Dari pinggir ke tengah. Bude saya baru sadar itu pocong saat sudah selesai membungkus es.
Tak disangka tetangga sebelah rumah anak yang tadi juga melihat pocong dari arah pohon pisang.
Jadi, malam itu. Masing-masing dari mereka mengira bahwa yang melihat pocong itu hanya dirinya. Setelah sore-sore ngerumpi. Barulah ketahuan kalau semua yang tinggal disitu juga melihat pocong itu.
Yang jadi pertanyaan adalah kalau memang itu pocong beneran kenapa dapat dilihat banyak orang?
Bukannya makhluk ghaib sejenis setan atau jin itu butuh banyak tenaga untuk menampakkan diri? Dan mereka rugi kalau ketahuan manusia. Kita juga rugi kalau lihat dia. Karena mereka buruk rupa. Walaupun beberapa orang beranggapan, bertemu dengan sejenis makhluk itu nantinya bakal mendapat rezeki yang tak diduga-duga.
Lalu bagaimana dengan saya yang kaget tiap kali terbangun ditengah malam dengan keadaan lampu kamar dimatikan?
Lihat gambar ini
Itu adik perempuan saya. Kami berdua punya satu kamar. Digunakan sama-sama. Kasur pun satu tapi kami bagi dua. Di kamar saya itu banyak nyamuk. Dan adik perempuan saya ini paling tidak suka pakai lotion anti nyamuk.
Makanya untuk mencegah gigitan nyamuk, ia pasang selimut serapat itu. Sampai besok pagi dan setiap hari. Tinggal saya yang kaget dan hampir mau teriak memanggil ibu saya. Ketika saya belum sadar kalau itu adik saya dan lampu kamar dalam keadaan gelap.
Jadi yang sebenarnya bertemu poci jadi-jadian itu, ya saya.