Lalin Jengkelin

Berkendara dengan sepeda motor hampir setiap hari saya lakukan. Emosi saat dijalan hampir setiap hari saya rasakan. Mengendalikan emosi saat berkendara juga sangat diperlukan. Karena kebiasaan pengendara motor di Indonesia selain serobotan juga tidak taat aturan.

Setiap pagi untuk sampai ke kantor saya selalu lewat jalan kampung (jalan tikus). Selain menghindari macet juga menghindari polisi nakal.

Ojek online dan mobil-mobil pribadi juga mulai lalu lalang. Banyaknya pengendara sepeda motor khususnya motor matic yang juga ingin menggunakan akses jalan lebih cepat tanpa polisi, kadang membuat keadaan dan suasana perjalanan semakin panas kalau-kalau tidak saling mengalah.

Mentang-mentang motor matic, tinggal ditarik gasnya dia jalan. Jadi bisa seenaknya ngebut nyerempet orang.

Merasa bahwa “saya” yang paling dikejar waktu, membuat pengendara motor jadi kurang kesabaran.

Untuk sampai di kantor saya mesti melewati dua lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas pertama ada dibawah fly over Summarecon Bekasi. Ada 3 persimpangan jalan. Pengaturan nya sudah OK. Sudah diberi masing-masing lampu lalu lintas ditiap ujung persimpangan.

Hanya saja untuk waktu yang diberikan di masing-masing lampu lalu lintas tidak adil. Menurut saya, untuk pengaturan waktu disisi setelah arah Summarecon Mal Bekasi menuju Rawa Bambu anggaplah persimpangan 1, itu terlalu cepat. Padahal banyak orang yang menggunakan akses jalan tersebut. Sedangkan sisi yg lain diberi waktu lebih lama. Padahal tidak begitu banyak pengendara yg lewat.

Ketentuan seperti itu bisa saja menyebabkan kecelakaan. Karena terbatasnya waktu yang diberikan dan lamanya waktu menunggu hingga hijau kembali. Kadang jika waktunya harus jalan. Banyak pengendara lain yang tidak sabar, takut dapat giliran menunggu lagi. Bahkan jika waktunya sudah ada di 1 atau 2 detik menuju merah pasti masih banyak pengendara yang nekat menerobos. Tidak melihat bahwa dari sisi kanan (persimpangan 2) ada motor lain yang tancap gas. Kalau begitu kan bisa saja saling hantam. Timbul kecelakaan. Bikin macet jalan lagi.

Kemudian dilampu lalu lintas yang kedua dan terakhir. Biasanya saya sebut lampu merah patal. Lampu merah Teluk Buyung.

Disini harus lebih sabar. Selain lampu lalu lintas yang tidak jelas, tidak Ok, kurang bagus pengaturannya, ora danta lah pokoknya, disini juga jarang ditemukan petugas pengatur lalu lintas. Kadang kita mesti dibantu oleh satpam PDAM setempat untuk bantu mengatur jalan.

Beberapa hari yang lalu. Saya mengalami hal yang tidak mengenakan hati. Jengkel. Kesal. Mau maki-maki orang. Tapi harus tetap sabar.

Ada empat persimpangan jalan. Sama halnya dengan lampu lalu lintas sebelumnya. Lampu hijau yang diberikan tidak sama rata. Disisi tempat biasanya saya lewat waktunya hanya 25 detik. Sedangkan lampu lalin yang lain masing-masing 35 detik.

Waktu itu disisi jalan yang saya lewati macet. Penyebabnya karena banyak penduduk sekitar situ yang punya mobil pribadi tapi tidak punya lahan parkir. Makanya mereka menggunakan sebagian jalan untuk parkir mobil-mobilnya.

Karena saya naik motor, saya dan pengendara lain bisa nyelip. Tapi didepan saya itu pengendaranya ibu-ibu sosialita. Sudah tidak pakai helm, ikut nyelip tanpa lampu sein ditambah pegang handphone.

Beberapa kali saya bunyikan klakson untuk ibu itu. Akhirnya saya bisa mendahului dia.

Berhentilah saya dibaris depan, dibelakang garis putih. Jarak saya dengan pengendara mobil lumayan jauh, pas untuk mengisi satu baris lagi di belakang barisan motor saya. Lampu lalinnya juga masih dalam keadaan merah. Ibu sosialita tadi posisinya tepat dibelakang samping kiri saya.

Dan beberapa kali terdengar suara klakson. Saya coba lihat dari kaca spion sebelah kiri. Ada ojek online *tidak saya sebutkan merk nya, yang tidak hentinya membunyikan klakson. Saya coba maju sedikit. Ibu-ibu itu ikut maju sedikit. Padahal spacenya untuk maju disamping kanan saya masih cukup luas. Ibu itu benar-benar menyebalkan.

Tidak lama setelah berhasil nyelip. Ojek online itu, tancap gas kencang arah lurus menuju simpangan selanjutnya. Dalam keadaan lampu lalin masih merah dan meneriaki saya seperti orang ngajak berantem.

Saya kaget dan jengkel. Bukan salah saya dong. Lampunya masih merah. Ibu itu yg menghalangi jalan untuknya. Kenapa saya yang di bentak?

Melihat saya diperlakukan seperti itu, ibu-ibu yang menyebalkan tadi juga ikut tancap gas, arahnya sama seperti ojek online yang tadi.

Setelah saya merasa bahwa saya tinggal berdua didepan. Bapak-bapak disamping saya bilang, “Neng…. Neng… Itu dibelakang.”

Saya balik tanya, “Kenapa pak?”

Bapak itu bilang, “Itu dibelakang.”

Saya menengok ke belakang, ternyata angkot. Yang sama seperti ojek online tadi. Ingin langsung lurus, tapi tidak mau menunggu lampu berubah jadi hijau.

Tidak mengerti apa yang ada dipikirannya. Lampunya masih merah. Belum hijau. Belum boleh jalan. Tidak ada keterangan “lurus langsung”.

Kalau memang mau lurus, ya sabar. Ikuti aturan. Kan biar sama-sama selamat sampai tujuan.

Hari itu rasanya ingin kajian tujuh menit. Kalau saja ojek nya dekat, saya keplak helmnya yang masih dikepalanya itu?

Sebelumnya juga saya sempat ingin tertabrak pengendara lain. Waktu itu saya pulang dinas dari Jakarta. Mengendarai motor dari arah Stasiun Bekasi menuju kantor. Simpangan disisi saya lampunya hijau. Tidak salah kalau saya tetap melaju. Saya sein kanan ke arah Agus Salim.

Pengendara dari lawan arah tidak ada yang memberi saya jalan untuk belok ke kanan. Hingga lampu hijaunya berubah lagi menjadi merah. Dan itu waktunya simpangan di sebelah kanan tadi untuk jalan. Karena lampunya sudah hijau. Lhaa posisi saya masih ditengah-tengah. Ya jelas bakal ketabrak + diklaksonin. Kan malu.

Saya yang benar jadi merasa bersalah gara-gara lampu lalin yang tidak jelas. Mestinya kan bergantian. Apalagi itu berlawanan arah. Kalau berlawanan arah seperti itu mestinya satu-satu. Kalau yang utara sudah selesai jalan, berarti waktunya berhenti, lampunya jadi merah lagi. Biar yang dari arah selatan (Stasiun Bekasi) giliran jalan, dan bisa kesegala arah. Jadi bisa leluasa belok ke kanan. Kan enak.

Edisi cerita saya dari minggu lalu memang lagi penuh kejengkelan. Semoga saya tidak bertemu lagi dengan orang-orang yang menyebalkan seperti mereka-mereka yang saya ceritakan disini. Semoga juga lampu lalu lintasnya cepat diubah. Supaya tidak buat orang bingung lagi?

Kerja ke Luar Kota di Tahun 2019

Selasa, 19 Februari 2019. Dua hari lalu, saya melakukan kunjungan ke salah satu klien Excellent di Jakarta. Ini adalah kunjungan pertama saya di tahun 2019. Jika sebelumnya kunjungan saya hanya mengambil beberapa berkas kelengkapan administrasi, kali ini saya ikut meeting bersama rekan kerja saya.

Ditahun sebelumnya saya juga pernah berkunjung ke salah satu klien untuk melakukan negosiasi, seperti yang dilakukan sales pada umumnya.

Sekitar pukul 08.15 WIB saya berangkat menuju Stasiun Bekasi, start dari markas PS. Absen dulu sebelum kunjungan. Stasiun Bekasi seperti tidak pernah ada istirahatnya, sudah lewat jam 08.00 pun masih banyak orang yang datang. Terutama mereka yang bekerja di daerah Jakarta.

Karena tujuan saya ke Mampang, maka saya harus transit si Stasiun Manggarai, sebelum nantinya lanjut dengan KRL jurusan Bogor di jalur 8. Perjalanan menggunakan KRL rupanya lama sekali. Baru di Stasiun Manggarai waktu sudah menunjukkan pukul 09.15 WIB. Baru setengah perjalanan padahal. Kebayang rasa capek dijalan kalau kerja di Jakarta.

Tidak sampai 10 menit KRL jurusan Bogor datang. Sepi, bisa sambil duduk walaupun hanya melewati dua stasiun saja. Karena saya mesti turun di Stasiun Cawang. Setelah Manggarai, Tebet, kemudian Cawang.

Setelah turun dari kereta saya berdiskusi tentang kendaraan apa yang akan ditumpangi kami selanjutnya. Kalau lanjut naik Taxi katanya lama menunggu, kalau naik Grab Car pasti susah karena hanya satu arah. Macet. Akhirnya keputusannya naik Taxi.

Saya lihat memang benar, sudah ada tiga pak Pol disana. Saya jalan maju ke depan. Takutnya kalau naik Taxi persis didekat Polisi nanti di tilang, dianggap penyebab kemacetan?

Perjalan dari Mampang menuju Cawang lumayan juga kalau jalan kaki. Sepertinya dari sekian gedung-gedung tinggi di Jakarta yang pernah saya kunjungi, akses jalan cepatnya pasti masuk ke perumahan sekitar. Keluar perumahan saya lihat ada patung pancoran. Jauh ugha. Tidak begitu macet, saya lihat argo Taxi sudah sampai Rp30.000,-. Sudah diduga kalau naik Taxi pasti mahal.

Sudah sampai di gedung klien. Argo Taxinya Rp33.000,-. Saya cuma punya uang kecil dengan nominal Rp30.000,- berarti masih kurang Rp3.000,-. Saya tanya ke rekan saya, pinjam uang Rp5.000,-. Ternyata dia juga tidak punya. Akhirnya dengan terpaksa saya membayar dengan uang pecahan Rp50.000,-. Uang operasional yang sudah diberikan tadi pagi.

Argonya Rp33.000,- berarti kembaliannya Rp17.000,-. Supir memberi saya uang kembalian pecahan Rp2.000,-. Karena waktu itu saya belum sempat hitung kembaliannya, sementara saya taruh didalam tas. Setelah pulang saya coba hitung uang kembaliannya, sial sopir Taxinya main curang. Dia hanya mengembalikan Rp10.000,- saja. Lima lembar Rp2.000,- an.

Kadang aneh, sudah susah cari penumpang. Giliran dapat penumpang malah dicurangi. Sudah sulit dapat rezeki, sudah dapat rezeki malah jadi tidak berkah.

Kunjungan kami disambut baik oleh klien. Hanya saja waktu di sesi presentasi dan tanya jawab, agak sedikit jengkel. Karena semua yang kita tawarkan mereka bilang tidak begitu penting untuk kebutuhan mereka. Jawaban halusnya selalu “Nice to Have”. Lagi-lagi mungkin soal harga dan budget mereka. Setengah hari sudah waktu kami tersita disana. Keluar gedung mereka sudah jam 13.00 WIB.

Bingung lagi harus pulang naik apa. Rekan saya menawarkan untuk naik Bus TransJakarta. Wah, kebetulan juga belum pernah naik angkutan umum itu. Ini pertama kalinya. Sudah mau 20 tahun usia saya, lahir di Jakarta, besar di Bekasi. Tetanggaan dengan Jakarta, baru kali ini naik angkutan umum yang punya jalan pribadi itu. Payah juga. Waktu di Semarang untuk ketempat-tempat wisata saya pasti naik Bus TransSemarang. Rasanya sama. Sopirnya berani semua. Tidak sabaran. Yang membedakan hanya kotanya saja.

Berhubung haltenya ada didepan gedung jadi tidak sulit untuk kami untuk mencarinya. Awalnya naik bus itu mau ke Tebet naik Bus jurusan Monas via Kuningan. Karena bingung akhirnya transit di halte ***** (lupa namanya) kemudian lanjut saja ke Stasiun Manggarai. Dengan Bus jurusan Blok M – Manggarai. Pemberhentian terakhir Stasiun Manggarai.

Sudah jam 1 lewat. Belum makan siang, karena di Stasiun Manggarai hanya ada KFC akhirnya kita isi perut dulu nih. Tambahan sup ayam kuah beningnya. Harga Rp10.000,- cuma dapat segelas sup dengan kuah banyak, minim isi. Waduh, ga sebanding dengan harganya?

Tapi yasudahlah kami berdua harus kembali ke kantor. Sebelum pulang kami sholat dzuhur terlebih dahulu. Dan ternyata mushola untuk pria dan wanita itu dipisah. Tidak banyak orang disekeliling saya. Saya tidak tahu harus tanya siapa. Semua satpam sedang dikomando oleh pimpinannya. Saya mesti menunggu mereka dibubarkan komandannya.

Tidak lama mereka balik kanan bubar jalan. Saya tanya salah satu dari mereka, “Pak mau tanya, mushola untuk wanita dimana ya?”

Dia jawab, “Disana mbak paling ujung (sambil menunjuk yang dia maksud)”

Saya tanya kembali, “Dimananya pak?”

Dia bilang, “Itu tuh mbak, masa nggak liat. Ketutupan mobil box.”

Rasanya pengen nabok aja pas dia bilang “ketutup mobil box”.

Sudah jam 14.00 WIB, saya kembali ke kantor. Banyak juga yang pulang ke Bekasi. Untung saya masih kedapatan tempat duduk, walaupun setelah perjalanan itu agak sedikit mual karena mabok darat?

 

Tidak Merasa Karena Terbiasa

Bulan April nanti genap dua tahun saya bekerja di Excellent. Dari mulai menjadi staff perempuan satu-satunya sekarang jadi salah satunya. Artinya dalam dua tahun, begitu cepat Excellent bisa menambah karyawan wanita yang salah satu tugasnya adalah menjadi teman untuk saya. Hehehe?

Saat ini untuk setiap harinya saya membantu dalam urusan sales dan sesekali menjadi resepsionis. Menerima permintaan penawaran dan menerima telepon.

Posisi tempat kerjanya ada dipaling di depan. Di meja resepsionis. Yang pertama angkat telepon. Yang paling pertama tatap muka kalau ada tamu yang datang. Dan yang paling sering cek kendaraan yang terparkir di halaman kantor. Satu lagi, yang paling buru-buru lari keluar menyelematkan helm yang disangkutkan di motor kalau hujan?

Bulan ini saya dapat teman kerja baru. Kak Dew, adik bungsunya si Boss.

Walaupun dia lebih senior dari saya, dia lebih dulu bergabung dengan Excellent, dan baru resmi di tahun ini. Artinya baru di tahun ini dia menghabiskan sebagian waktunya bekerja di Excellent. Ternyata dia juga lebih memperhatikan keadaan lingkungan kerja di Excellent, ketimbang saya yang sudah bekerja dua tahun dan tiap hari datang ke kantor.

Meja resepsionis menjadi tempat untuk menaruh berbagai perlengkapan kantor. Hingga kunci motor semua dititip di meja saya itu. Tapi saking banyaknya barang di meja saya, jadi berantakan dilihatnya. Bukan dilihat lagi memang berantakan.

Sebelum pulang saya harus mematikan printer, membersihkan meja agar tidak ada sampah dan mengembalikan perlengkapan yang digunakan hari ini ke tempat semula. Tapi disetiap paginya, di meja saya pasti sudah berantakan lagi. Banyak kunci motor berserakan, gunting dimana-mana. Barang yang tidak seharusnya berada di meja saya sudah pindah semua ke tempat saya.

Ujungnya pasti penghuni meja itu yang ditegur. Padahal waktu pulang sudah bersih.

Pagi ini saya membersihkan meja kerja bersama teman kerja saya yang baru itu. Dia yang mengajak saya, menurutnya meja kerja kami terlihat sangat kotor dan sumpek.

Kami berbagis tugas. Saya pisahkan beberapa barang yang mestinya disimpan dan barang yang mestinya dibuang. Sedangkan dia membersihkan debu-debu yang menempel.

Pagi-pagi sudah bongkar kolong meja. Banyak sampah di kotak-kotak tempat menaruh perlengkapan kantor. Seperti sampah pembolong kertas, banyak potongan materai yang sebenarnya masih bisa dipakai. Banyak paper clip berserakan, kabel yang tak bertuan, pulpen yang habis tapi masih disimpan, hingga uang recehan atau uang sisa operasional. Kertas sertifikat yang tidak terpakai, itu pun masih disimpan. Sampai-sampai potongan bungkus kecap juga saya temui. Padahal saya nggak suka kecap, kenapa ada disitu.

Karena terbiasa dengan kondisi seperti itu, selama ini saya merasa baik-baik saja. Tidak ada yg perlu di benahi.

Semenjak kehadiran staff baru ini, jadi ada usulan perbaikan. Dan mestinya usulan tersebut disetujui dan dilaksanakan?

Memang benar, untuk yang terbiasa jika melihat hal-hal yang tidak seharusnya jadi biasa-biasa saja. Masih dianggap baik-baik saja. Kalau yang tidak terbiasa, pasti komentar. Pasti ada kata sebaiknya dan seharusnya.

Dan sepertinya besok harus kerja bakti nih membersihkan seluruh ruangan kerja. Lantai-lantai juga mulai berdebu. Berhubung yang biasa mengerjakan urusan rumah tangga kantor juga belum masuk kerja lagi. Jadi mestinya, semuanya ikut bersih-bersih.

 

Masa Tua

Ibu saya bilang, kalau Ayah saya sudah pensiun dari pekerjaannya, mau pindah dan tinggal di Kebumen. Berkebun, ternak ayam dan pelihara ikan yang bisa dikonsumsi, sambil usaha buka agen sembako.

Ibu saya memang suka berkebun. Ayah saya senang berternak ayam dan lele untuk saat ini.

Setiap hari libur, Ayah dan Ibu membersihkan teras atas rumah. Dimana masih banyak material seperti pasir dan tanah sisa membangun rumah delapan tahun yang lalu.

Sisa material sengaja dibiarkan menumpuk seperti itu. Malah material tersebut ditanami pandan yang hasilnya malah merembet dan menjalar kemana-mana. Subur sekali.

Sebagian dari material tersebut sudah digunakan untuk membuat kolam ikan Ayah saya. Letak kolamnya ada di depan kamar tidur saya. Satu dinding dan menyatu dengan dinding kamar saya.

Jadi kalau di pagi hari buka jendela kamar, lirik kebawah saja sudah langsung lihat ikan berenang. Apalagi kalau kolamnya sedang dikuras, tetangga yang dibawah ikut heboh.

Berkebun ala Ibu saya. Memanfaatkan sampah rumah tangga, seperti bekas plastik minyak dua liter. Dikumpulkan sebagai pengganti Polybag.

Bekas bungkus minyak dibolongi, kemudian diisi tanah. Bibit tanaman yang kira-kira sudah cukup kuat bisa dipindahkan ke Polybag tersebut. Kemudian diberi kotoran kambing. Dan jangan lupa disiram air.

Sekarung kotoran kambing, bisa Ayah saya dapatkan dari tempat kerjanya dengan harga Rp10.000,- saja.

Berkebun dengan cara tersebut pada awalnya, karena setiap kali makan buah, bijinya pasti langsung dilempar ke gundukan tanah. Setelah didiamkan kok ternyata banyak bibit- bibit tanaman yang tumbuh.

Melihat itu Ibu saya berinisiatif memindahkannya, tanpa mengeluarkan biaya. Maka digunakanlah media bekas bungkus minyak tersebut.

Sedikit penjelasan dalam cerita ini, disamping rumah saya ada pohon mangga. Milik tetangga. Tapi kalau musim berbuah, buahnya pasti nyasar kerumah saya. Katanya kan kalau pohon berbuah dan masuk wilayah orang lain, berarti buahnya jadi hak milik orang itu. Hahaha?

Jadi si pemilik pohon mangga ini sering mengikhlaskan mangganya yg nyasar itu untuk saya. Rasa buahnya manis sekali. Dan banyak yang suka. Dilingkungan rumah saya biasanya disebut mangga Cina. Saya tidak tahu apa nama asli buah mangga tersebut.

Karena tetangga yang paling kenyang dibagi mangga itu keluarga saya. Banyak tetangga lain yang iri. Jadi minta dicangkokan saja pohonnya. Sayangnya tidak bisa dicangkok. Harus tanam lagi dari biji buahnya. Dan tidak semuanya berhasil, hanya beberapa saja. Ibu saya menjadi salah satu yang berhasil menanam pohon mangga itu.

Kalau ukurannya sudah tumbuh besar dan bisa dipindah ke pot yang besar juga. Biasanya Ibu menawarkan pohon itu ke tetangga. Tidak memunggut biaya. Dikasih secara cuma-cuma. Siapa yang mau silakan ambil. Tidak hanya pohon mangga. Salak, kurma, jambu biji merah, jambu bol, rambutan, jeruk, tomat, ginseng jawa, brotowali, sirih merah, pohon kelor, pare dan kacang panjang juga ada dan boleh diminta.

Kalau tidak ada yg minat, biasanya pohon-pohon tadi diangkut kakak sepupu saya. Dibawa ke Kebumen, untuk ditanam di kebun milik keluarga. Jadi kalau pulang kampung dan musim panen buah bisa untuk oleh-oleh.

Tidak hanya yang ditanam dari biji buah-buahan. Ibu biasanya iseng, habis beli kangkung akarnya tidak dibuang. Melainkan ditancapkan lagi ditanah. Nantinya akan muncul kangkung baru lagi. Sama seperti daun bawang juga seperti itu. Dan tanaman kurkuma seperti, kunyit dan kencur.

Beralih ke kegiatan Ayah. Salah satu hobi Ayah adalah memancing ikan dan piara ikan atau ayam. Ayah telaten membesarkan kedua hewan tersebut.

Ikan yang sering ada dikolamnya; ikan lele dan patin.
Kalau ayam yang biasa di pelihara hanya ayam negeri biasa.

Ayam yang dipelihara Ayah ukurannya selalu besar. Diberi makan nasi, pur ayam dan irisan daun mengkudu.

Pernah sekali, ayamnya sampai tidak bisa jalan karena terlalu gemuk. Sulit bergerak.

Kemudian beberapa teman sekolah saya datang kerumah. Melihat ayam tersebut mereka kaget. “Gede banget ayamnya”, kata mereka.

Itu dua minggu sebelum hari ulang tahun saya. Pas di hari ultah saya, ayam itu dipotong. Dimasak. Karena banyak jadi beberapa masakan, beda bumbu. Teman saya kembali lagi, main kerumah saya.

Waktu makan, kata mereka enak daging ayamnya.

Selesai makan mereka tanya, “Ayam lu yang gede banget itu kemana?”

Saya jawab, “Lah udah diperut kalian.”

Mereka semua kaget. Kasian sama ayamnya katanya. Hahaha?

Lain cerita, seminggu yang lalu tetangga saya pagi-pagi datang ke rumah saya bawa ember.

Ibu saya tanya, “Kenapa bu? Kok bawa ember?”

Tetangga saya bilang, “Disuruh bang Agus serok ikan lele ke atas bulek.”

Ibu saya bingung karena sampai jam 10, masih ada tetangga yang datang kerumah. Mau ambil ikan katanya.

Ternyata sore itu Ayah saya bilang ke beberapa tetangga, suruh panen ikan dirumah saya?

Jadi, kata mereka berdua. Kalau nanti pindah ke Kebumen. Mau berkebun, ternak ayam, pelihara ikan dan buka agen sembako. Kalau kebunnya banyak menghasilkan buah, siapa saja boleh ambil. Ayamnya tumbuh besar, dipotong, dimasak dulu baru dibagi ke tetangga. Kalau ikannya sudah besar, siapa saja juga boleh ambil dan mancing sendiri.

Kalau mau ngutang ke agen sembakonya, juga boleh. Asal jangan lupa bayar?

Dari Rambutan Hingga Duku

Rabu, 30 Januari 2019. Hari terakhir pelaksanaan Training Reguler Zimbra Mail Server di Excellent. Dimana kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak hari Sabtu kemarin.

Mempersiapkan kelengkapan training, salah satunya dalam hal konsumsi. Kami selalu menyiapkan beberapa jamuan sebelum makan siang. Seperti teh, kopi, susu, snack, dan buah-buahan.

Kebetulan sekali kemarin saya ditugaskan membeli buah untuk persiapan training di hari terakhir. Mengingat training ini sudah dilaksanakan sejak hari Sabtu, setiap hari buah yang kami sediakan diganti dengan jenis buah yang berbeda.

Supaya peserta training yang ingin memakannya dan yang ditugaskan untuk membeli buahnya tidak merasa bosan.

Buah yang kami siapkan biasanya yang tidak perlu dikupas dengan pisau. Jadi lebih memudahkan siapa saja yang ingin memakannya.

Beberapa buah yang familiar seperti pisang, jeruk dan anggur sudah pernah disuguhkan selama training ini berlangsung.

Maka dari itu saya harus mencari buah yang jarang ditemui. Semisal ada, tapi hanya diwaktu musim panen saja.

Contohnya yang lagi banyak dijual hingga dipinggir jalan seperti durian, manggis, duku dan rambutan.

Kalau durian tidak mungkin. Karena mesti dibelah dengan pisau. Manggis dan duku juga sudah pernah disuguhkan. Tinggal si rambutan yang belum pernah disediakan selama training ini.

Kemudian saya keingat rambutan rapiah. Si kecil yang manis itu. Menurut saya OK, rambutan tidak masalah. Asal rasanya manis dan enak dimakan.

Kemudian saya bilang ke team PIC training dan petugas pengamanan uang operasional kantor, kalau saya akan beli buah rambutan.

Mbak Ami selaku petugas pengamanan uang operasional kantor, tanya ke saya sebelum memberi budget.

“Beli buah rambutan rapiah. Emang tau kaya gimana? Jangan sampe salah Fit. Kan banyak yang curang. Kadang rambutnya dipotongin.”

*Anak sekolah kena razia kali rambut dipotongin?

Saya jawab, “Tau lah mbak, ga mungkin salah. Menurut saya ciri-cirinya tuh warnanya ijo, rambutnya pendek, jarang-jarang terus ada belahannya.”

Mendengar kata belahan dia langsung ketawa dan langsung di approved.

Kemudian saya diberi uang warna merah gambar Soekarno-Hatta.

Sepulang kerja, saya sudah mengingat-ingat tukang rambutan mana saja yang menjual rambutan jenis itu. Saya cari dipinggir kali tidak ada. Saya cari muter-muter sampai dapat.

Ada. Tapi sudah mulai layu. Satu ikat, buahnya jarang-jarang seperti rontok.

Dibelakangnya ada beberapa pedagang sedang menghitung dan menurunkan rambutan yang baru, dari dalam mobil bak.

Dalam transaksi jual beli ini, si pedagang semangat menawarkan saya untuk membeli buah yang sudah layu itu.

Saya menolak. Karena saya sudah lihat yang bagus. Saya minta yang baru diturunkan dari mobil saja.

Pedagang bilang, “Belum bisa ambil yang itu karena masih dihitung jumlahnya.”

Dia tetap bersikeras menawarkan yang layu, seperti memaksa.

Posisi saya sebagai pembeli, “Kenapa repot-repot tunggu selesai dihitung. Dia tinggal ambil dua ikat untuk saya. Kemudian saya bayar. Nanti dia tinggal hitung saja rambutan yang sudah saya bawa tadi. Kan tidak masalah.”

Bagi si pedagang, “Kalau saya kasih yang baru. Yang layu ini ada kemungkinan tidak laku terjual.”

Karena si pedagang tahu saya butuh rambutan itu.

Akhirnya saya putuskan untuk kembali nanti lagi setelah semuanya selesai dihitung, sambil mencari tukang rambutan yang lain. Barangkali ada yang lebih bagus.

Ditengah perjalanan tiba-tiba saya berkeinginan membeli buah duku. Saya baru sadar kalau hari itu baru beli satu jenis buah saja. Kalau tidak beli sekalian pasti besok paginya susah cari buah tambahan.

Saya cari kedua buah tersebut. Dipinggir jalan banyak yang jual buah duku. Buahnya kecil-kecil dan mulai menghitam.

Tapi diseberang jalan sana, ada kakek-kakek tua jual pakai gerobak, buah dukunya besar-besar dan bagus. Plus karena saya kasihan, waktu itu sudah hampir malam.

Saya menghampirinya. Saya tanya harga per kilogram. Katanya, Rp15.000,-.

Saya bilang, “Kalau gitu saya pesan 1,5kg saja.”

Mulailah dibungkus dan ditimbang. Saya lihat timbangannya baru pas 1kg.

Ditambah lagi. Baru mencapai 1,3kg. Kemudian beliau angkat dari timbangan.

Sebagai pembeli saya jelas berkomentar, “Engkong itu kan baru 1,3kg bukan 1,5kg. Kurang dong. Harusnya pas. Coba ditimbang lagi.”

Dia tidak mau. Dia bilang, “Udah pas neng, 1,5kg tadi.”

Karena saya tidak mau eyel-eyelan. Saya bayar saja. Beliau bilang total jadi Rp23.000,-.

Melihat saya mengeluarkan uang Rp35.000,- sisa uang beli bensin. Si kakek bilang, “Udah genepin aja 2kg jadi Rp30.000,- (sambil menimbang lagi)

Saya bilang, “Nggak usah engkong ini udah cukup”. Saya bayar lah itu dengan uang Rp25.000,-

Belum sempat ambil kembalian untuk saya, dia beralasan tidak ada kembalian. Genapin saja katanya jadi Rp25.000,-. Kemudian dia ambil enam buah duku tambahan dimasukkan ke kantong plastik yang belum saya ambil tadi.

Saya merasa jengkel. Menurut saya itu curang. Bukannya menarik minat pembeli. Malah buat kapok pembeli untuk datang kesitu lagi.

Ingat rambutan, saya coba kembali ketempat sebelumnya. Rambutan yang baru sudah dipajang. Tapi yang jual orangnya berbeda. Mungkin temannya si pedagang sebelumnya.

Saya tanya harganya dia bilang Rp35.000,- per ikat. Haduhhh mahal sekali. Padahal seikat biasanya Rp25.000,-. Kelewat parah naiknya.

Strategi sales, dinaikin harganya. Kalau minta diskon bilangnya best price. Kalaupun dikasih diskon bilangnya karena buat langganan. Padahal harga aslinya bukan segitu. Penjual tetap untung?

Saya tawar, “Saya ambil dua ikat. Jadi Rp45.000,- ya. Si bapak yang sebelumnya bilang ini seikat Rp25.000,-.”

Kata penjual, “Beda neng yang tadi sama yang sekarang. Yang tadi mah rambutan udah dua hari yang lalu. Ini kan baru turun dari mobil. Ambil dah tuh Rp65.000,-.”

Saya tawar lagi, “Yaudh Rp50.000,-. Kan saya ambil dua bang. Kecuali ambil satu. Kalo ga dikasih yaudah saya nggak jadi beli.”

Kata si penjual, “Yaudah kalo gajadi gapapa neng. Lagi mahal soalnya.”

*Dalam hati, sial banget orang mah ditahan kek. Di kejar. Dikasih diskon gitu.

Malah keputusannya, dealnya Rp55.000,- untuk dua ikat rambutan.

Malam itu saya merasakan jadi customer yang minta diskon, dibilang sudah best price dan nggak bisa di diskon?

Tetapi dalam hal ini dari segi konsumsi Excellent membiasakan diri memberikan pelayanan terbaik untuk costumernya. Bukan soal materi tapi juga kualitasnya.

Cara Download Video dari Instagram Tanpa Aplikasi Tambahan

Sebagai perempuan yang suka makan dan nyemil. Setiap hari libur saya pasti meluangkan waktu untuk memasak apapun yang saya inginkan. Semisal eksperimen membuat makanan yang resepnya diambil dari beberapa cuplikan video tutorial memasak.

Video tutorial tersebut biasanya saya cari dan lihat di YouTube atau Instagram.

Salah satu diantara keduanya, saya lebih sering lihat di Instagram. Yang menjadi masalahnya adalah jika saya ingin mengulang kembali tayangan tutorial masak itu, saya mesti mencarinya terlebih dahulu. Kuota saya juga jadi cepat habis.

Jadi, solusinya lebih baik download terlebih dahulu video tutorial yang saya butuhkan tersebut.

Untuk dapat mendownload video saya butuh aplikasi tambahan di Android.

Karena ruang penyimpanan Android saya terbatas. Dan kemungkinannya adalah hapus applikasi lain atau hapus sebagian data di galeri atau musik. Sampai-sampai saya pikir, “Ada tidak aplikasi yang menyediakan fitur-fitur chat seperti WhatsApp dan Telegram, tetapi bisa juga download video atau gambar dari Instagram, YouTube atau Facebook.”

Waktu itu rasanya agak aneh, tidak mungkin ada. Lagi pula saat ini yang familiar dan paling banyak digunakan juga kan aplikasi WhatsApp. Seandainya pun ada, ada kemungkinan juga aplikasi X ini yg paling banyak digunakan menggantikan posisi WhatsApp.

Setelah melakukan dan mencoba mendownload video tutorial masak itu, ternyata ada lho aplikasi sejenis WhatsApp yang saya bilang sebelumnya, yang bisa download video atau gambar dari Instagram khususnya.

Ya si Telegram tadi. Sejak tahun 2016, saya menjadi pengguna Telegram. Memang banyak kelebihannya. Dan salah satunya adalah ini, “Beruntung untuk kalian pengguna Telegram, bisa download video dan foto dari Instagram tanpa harus menggunakan aplikasi tambahan”.

Kok bisa, gimana caranya? Simple kok, kita cuma butuh copy link, paste, kemudian download. Seperti langkah-langkah dibawah ini.

1. Tentukan video yang ingin kalian download.

2. Klik titik tiga yang ada di pojok kanan atas. Kemudian, pilih copy link.

3. Lalu, paste link di chat pribadi Anda. Atau paste link di “Saved Messages”. Hingga muncul setengah gambar dan tanda panah kebawah.

4. Kemudian, Anda bisa langsung klik dan download video atau gambar tersebut.

5. Video atau foto yang didownload tidak langsung tersimpan di galeri. Maka kita harus “Save to gallery” terlebih dahulu. Jika sudah selesai proses downloadnya. Kita bisa klik video atau gambar tadi. Kemudian klik titik tiga di pojok kanan atas. Ada beberapa menu seperti gambar dibawah ini. Silakan dipilih. Jika ingin menshare video tersebut pilih “Share” untuk meneruskannya. Semisal Anda berkeinginan untuk update story di Instagram atau story WhatsApp.

6. Untuk memastikan, cek di galeri Anda untuk video atau gambar yg didownload tersebut apakah sudah tersimpan atau belum (Jika sebelumnya memilih “Save to gallery”)

Saat ini yang pastinya bisa didownload adalah video atau gambar dari Instagram saja. Untuk Facebook, hanya beberapa saja yang bisa langsung di save/download via Telegram ini. Sedangkan YouTube, sampai saat ini belum bisa tuh?

Mengejar dan Dikejar Waktu

Tahun lalu ada catatan di absensi saya. Satu kali telat masuk kantor. Kata pak Boss, walaupun lewat 1 menit, judulnya tetap telat. Saya nggak tahu, tahun lalu telat berapa menit. Intinya, di tahun ini target saya adalah tidak boleh ada kalimat “telat masuk kerja”.

Aneh juga, dulu saya sekolah masuk jam 06.30. Tiga tahun bersekolah tidak pernah telat. Karena sudah memperhitungkan, sampai diparkiran kalau-kalau ada macet dijalan kemudian jalan dari parkiran ke sekolah. Karena saya nggak mau jadi siswa yang disuruh ganti baju warna pink, yang baunya apak tidak pernah dicuci itu.

Mungkin karena sekarang masuk jam aktivitas kerjanya lebih siang, jam 08.00. Jadi suka ada perasaan “Ah nanti aja masih lama“. Eh ternyata dijalan macet, terus telat. Sampai dikantor sebenarnya nggak telat, karena absennya selfie dan waktunya mepet jadi aplikasinya suka error. Makanya, itu yang bikin telat heheh?

Jadi intinya usaha datang lebih awal supaya nggak telat. Kalau dulu absen masuk jam 07.58, di tahun ini jam 07.46. Lumayan ada kemunduran.

Hari ini saya tidak membawa kendaraan ke tempat kerja, dikarenakan saat pulang kerja kemarin ban motor saya bocor.

Kebetulan juga waktu pulang kerja itu hujan dan lupa bawa uang, karena tertinggal di jas almamater. Akhirnya saya pulang dulu.

Karena hujan makin lebat, hingga malam dan berasumsi tukang bengkel sudah tutup. Saya minta adik saya, tambal bannya besok saja sekalian motor saya, dia yang bawa ke sekolah.

Sebenarnya ada motor nganggur, hanya saja STNK dan platnya belum turun. Niat saya memindahkan plat di motor yang ban nya bocor ke motor nganggur itu. Tapi karena saya takut ada razia, takut kena tilang juga akhirnya saya urungkan niat memindahkan plat motor itu.

Keputusannya saya naik ojek online saja. Sudah memperkirakan juga. Kalau saya berangkat di jam biasanya. Saya pasti terlambat.

Pagi ini saya siap-siap dan rapih lebih awal. Berhubung lokasi rumah saya ada dipedalaman Kp. Rawa Bebek yang sulit dijangkau Google Maps. Maka saya harus berjalan kaki terlebih dahulu ke jalan besar.

Jam 07.00 WIB saya mulai mengorder ojek online. Sudah 2x juga cancel driver. Saya lihat trackingnya, motor driver tidak jalan-jalan. Atau mungkin karena saya bayar pakai voucher 50%, makanya driver lama. Atau bagaimana saya tidak tahu.

Lama juga waktu saya jadi terbuang, 10 menit kemudian baru dapat ojek online. Artinya waktu saya tersisa 50 menit lagi untuk sampai ke kantor.

Sudah bertemu si driver, saya naik ke motornya. Mulai jalan ke lokasi tujuan.

Saya rasa, ini jalannya kok lama sekali. Rasanya geregetan. Ingin bilang, “Pak gantian aja, saya aja yang nyetir“. Ditambah macet pula. Tapi yasudahlah, kalau memang harus terlambat, mau gimana lagi.

Makin lama si driver mulai menaikkan kecepatan motornya. Ceritanya dia ingin mendahului mobil. Menyalip dari sebelah kanan. Karena itu jalan dua arah dan tidak ada trotoar atau pemisah ditengahnya, jadi si driver langsung ke tengah ambil jalan kosong.

Lha saya jadi takut juga dibonceng begini. Yang jadi masalah, si driver melaju seperti iya iya nggak nggak. Sampai kendaraan yang melaju berlawanan arah klakson berkali-kali.

Wah, kata saya “Udah pak pelan-pelan aja. Yang penting selamat“.

Tapi driver dinasehati begitu diam saja.

Satu lagi yang buat saya takut, si driver badannya lebih kecil dari saya. Jujur saya paling takut dibonceng orang yang badannya lebih kecil dari saya. Walaupun itu bapak-bapak, sulit menyeimbangkan.

Sedikit lagi sampai. Karena lokasi tempat kerja saya patokannya sekolahan. Saya bilang, “lurus lagi pak“.

Si driver tetap diam.

Saya bilang lagi, “di depan, nyebrang terus belok kanan pak. Yang banyak motor-motornya.

Si driver jawab, “iya mbak saya udah tau

Saya bawel karena biasanya kalau kerja diantar ojek online, suka kebablasan. Untuk mengantisipasi makanya saya agak rewel.

Sampai lah saya di tempat kerja. Saya lihat sudah jam 07.50. Sudah rapih, jam 07.00 kurang. Sampai tempat kerja cuma tersisa 10 menit saja?

Untung saja aplikasinya tidak ngambek, karena mepet waktu. Jelaslah sudah update.

Kadang sesuatu yang sudah direncanakan. Masih saja meleset. Sudah dihindari, masih saja kena juga.

Lain kali juga mestinya saya selipkan uang di bagasi motor untuk jaga-jaga. Supaya kalau ada trouble motor tidak perlu pulang dulu. Tertunda perbaikan motornya. Kemudian jadi seperti cerita diatas?

Training Reguler Periode Januari – Maret 2019

PT. Excellent Infotama Kreasindo adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan mail server, virtualisasi, domain hosting, dan training. Untuk postingan kali ini, saya ingin memfokuskan pada layanan training yang diselenggarakan oleh PT. Excellent.

Sebagai salah satu Training Center yang fokus pada Linux Server, Virtualisasi, dan Email Server.

PT Excellent Infotama Kreasindo mengadakan Training yang sudah dijalankan sejak tahun 2007 untuk para Staff IT, mahasiswa, maupun orang yang gemar dan ingin memperdalam kemampuannya di bidang Linux Server, Email Server (Zimbra), maupun Virtualisasi.

Training yang diadakan di Excellent beragam, mulai dari Training Reguler, Training Inhouse, dan juga Training Special Class. Training Reguler sendiri merupakan training yang jadwalnya telah ditentukan oleh Excellent dan dilaksanakan di tempat training PT Excellent Infotama Kreasindo.

Masing-masing peserta akan mendapatkan perlengkapan training berupa Modul, CD/DVD Pendukung, Notes, Pulpen, serta T-shirt Excellent. Setelah training dilaksanakan, peserta akan mendapat Sertifikat Training dari PT Excellent Infotama Kreasindo dan terdaftar sebagai Alumni Training PT Excellent Infotama Kreasindo. Alumni Training akan mendapatkan benefit berupa diskon khusus jika mengikuti training lainnya, diskon yang dimaksud adalah potongan biaya sebesar 10%.

Berikut kami sampaikan Jadwal Training Excellent terbaru Periode Januari – Maret 2019, bagi kalian yang ingin daftar kami sarankan untuk daftar segera karena kuota-nya terbatas.

Jadwal Training Reguler Excellent Periode Januari – Maret 2019:

  1. Training Zimbra Mail Server: Fundamental & Medium, 26 – 27 Januari 2019
  2. Training Mastering Zimbra (Advanced Configuration & Multi Server), 28 – 30 Januari 2019
  3. Training Essential Cloud Infrastructure (Google Cloud Platform/GCP) 09 – 10 Februari 2019
  4. Training Virtualisasi Fundamental & Medium (High Availability), 16 – 19 Februari 2019
  5. Training Mastering Proxmox VE (iSCSI/NFS Cluster & High Availability), 02 – 03 Maret 2019
  6. Training Web Hosting (cPanel), 16 – 17 Maret 2019

Untuk detail training (silabus, biaya training, pendaftaran) silakan klik pada salah satu training yang minat untuk diikuti. Sedangkan jadwal lengkapnya dapat dilihat pada halaman Jadwal Training dan akan di update jika ada jadwal terbaru dari kami.

Untuk mendaftar sebagai peserta training dapat mengunjungi halaman Training  dan mengisi form pendaftaran yang telah disediakan oleh kami.

Jika ada pertanyaan seputar training silakan menghubungi kami via chat atau email ke training@excellent.co.id .

Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Minggu depan saya akan melaksanakan UAS di perkuliahan. Disaat rekan kerja saya yang juga sesama mahasiswa sudah menyelesaikan UASnya, saya masih hari tenang menjelang ujian.

Hari tenang tidak setenang namanya, ada saja kejadian yang saya alami di masa-masa pendidikan ini.

Kita pasti pernah mendengar kalimat peribahasa ini, “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”.

Nila adalah sejenis tanaman perdu yang daunnya dipergunakan sebagai zat pewarna tekstil. Sedangkan belanga adalah sebuah kuali besar yang biasanya terbuat dari tanah liat.

Tentu saja, jika pewarna tekstil dimasukkan ke dalam sepanci susu, meski sedikit, akibatnya susu tersebut menjadi tidak bisa diminum.

Sama halnya dengan cerita saya kali ini. Minggu depan kelas saya terancam tidak bisa mengikuti UAS dalam mata kuliah Administrasi Publik. Padahal ini adalah mata kuliah utama, karena saya ada dijurusan ini. Walaupun tidak terfokus dengan Administrasi Publik.

Saya ada di kelas shift. Kelas karyawan. Paling istimewa dibanding dengan yang lain. Jika minggu ini kerja shift pagi, bisa kuliah di malam hari. Jika minggu depan kerja shift malam, bisa kuliah di pagi harinya.

Mata kuliahnya sama dan jadwalnya sama, hanya beberapa pengajar saja yang dibedakan. Bisa dihitung, satu atau dua dosen.

Menurut cerita teman saya, yang sebagian besar kuliahnya pernah kena shift. Alias pernah malam, pernah pagi. Untuk pengajar di kelas pagi lebih killer atau galak dibanding dengan pengajar kelas malam.

Mungkin juga karena faktor waktu. Kalau pagi kan mestinya lebih semangat ketimbang malam hari yang sudah lelah karena seharian sudah beraktivitas. Makanya dosen kelas pagi, lebih semangat akibatnya dinilai terlalu galak.

Saya sendiri sih belum pernah kuliah pagi tuh. Makanya saya lebih santai.

Melanjutkan cerita, salah satu pengajar kelas pagi dalam mata kuliah yang saya sebutkan diatas. Itu terkenal dengan cara penyampaian materinya yang buat mahasiswa jadi dag dig dug tiap kali diajar.

Dia pengajar yang selalu menyebut dirinya dengan sebutan dosen miskin. Masuk ke kelas tidak pernah membawa laptop. Hanya membawa spidol dan absensi mahasiswa saja.

Sebelum pelajaran dimulai. Atau sebelum menjelaskan, biasanya beliau memerintah semua mahasiswanya membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari hari itu. Tujuannya agar ketika dijelaskan dengan gambar ilustrasi semua diharap cepat mengerti.

Yang pada intinya beliau mendorong anak didiknya untuk gemar membaca, menggunakan logika dan nalar dengan baik.

Ketika mengadakan kuis pun beliau hanya memberikan dua pertanyaan melalui gambar atau bagan dengan jawaban minimal tiga halaman kertas folio. Jawabannya sendiri tidak ada digoogle. Semua ada di otak masing-masing. Menjabarkan dan menjelaskan sesuai dengan yang kita pikirkan ketika melihat gambar tersebut.

Karena cara mengajar beliau yang dinilai terlalu over. Dan karena faktor teman saya juga, yang notabenenya lulusan tahun sekian. Yang sudah kelamaan bekerja. Kemudian dihadapkan lagi dengan pelajaran. Semakin bebal lah otaknya.

Hingga pada tanggal 13 Desember 2018, lalu. Semua teman saya yang mestinya masuk kelas Admin Publik. Serentak tidak masuk kelas pagi, pindah ke kelas malam. Tidak ada yang ikut mata kuliah beliau.

Padahal dosen sudah datang dan menunggu dari awal jam pelajaran hingga selesai. Tidak ada satupun mahasiswa yang datang. Yang mau ikut mata kuliahnya.

Beliau marah dan kecewa.

Minggu depan kemudian, hanya ada tiga teman saya yang ikut mata kuliahnya. Mereka yang masuk kelas pagi saat itu jadi terkena imbasnya. Dapat omelan dan peringatan.

“Jika tidak ada pernyataan permintaan maaf dari semua mahasiswa kelas malam khususnya perpajakan. Terutama yang semestinya kemarin saya ajar. Maka nilai UAS untuk mata kuliah Admin Publik tidak akan saya berikan. Silakan minta nilai ke dosen yang lain. Saya tunggu kertas-kertas pernyataan kalian di akademik, sebelum UAS. Saya sebenarnya tahu, siapa saja yang mestinya saya ajar waktu itu.”

Akhirnya berita itu disampaikan dikelas malam. Semua yang pernah diajar dosen itu, saling menyalahkan satu sama lain.

Salah satunya mengatakan dengan nada kesal, “Gue pernah masuk kelas dia. Udah waktunya gue kerja, kaya biasa izin ke dosen mau berangkat kerja. Trus gue diginiin, saya heran sama kelas ini. Sebegitu istimewanya. VVIP banget. Baru setengah ngajar, kalian dengan enaknya izin mau berangkat kerja. Baru kali ini ada mahasiswa kaya gini. Cuma di kampus ini. Lah kan gue jadi bingung, yaudah gue masuk kelas malem aja kalo gitu.”

Kata yang lain, “Iya mestinya dia mikir, kenapa mahasiswanya kabur ga mau diajar dia.”

Kata saya, (dalam hati) “Iya gara-gara lu pada gue juga jadi ikutan nulis surat pernyataan. Satu kesalahan, kena semua imbasnya. Coba kalo yang biasa kelas malem ga ikutan nulis. Ga pada dapet nilai lu.”

Kumpul Lima Tahunan

Sabtu, 29 Desember 2018. Saya berangkat menuju kampung halaman. Kebumen. Menyusul ayah dan ibu yang lebih dulu berangkat kesana. Menikmati perjalanan, naik kereta api yang tiketnya sudah dipesan sejak 3 bulan sebelumnya.

Di tahun 2018, memang sudah beberapa kali saya berkunjung ke rumah eyang. Sendirian. Tidak ada acara khusus. Hanya sekedar liburan saja.

Hanya diakhir tahun ini kebetulan ada acara kumpul keluarga. Yang bisa dibilang kumpul 5 tahunan.

Keluarga saya sebenarnya punya group WhatsApp. Hanya saja tahun ini diusahakan semua kumpul di Kebumen.

Kenapa bisa 5 tahun sekali? Mungkin bisa disebut sulit karena jarak dan waktunya terbatas.

Dulu kakek saya berprofesi sebagai penjaga napi. Adik-adiknya pun sama. Sering kali ditugaskan ke berbagai daerah. Bedanya kalau adik-adiknya ditugaskan ke Cipinang. Yang hingga sekarang rumah dinasnya masih ditempati. Dibelakang penjara Cipinang itu.

Sedangkan Kakek saya ini, beliau ditugaskan lama di Ponorogo. Memiliki dua belas anak. Yang anak pertama sampai keenam lahir di Ponorogo. Sedangkan anak ketujuh sampai terakhir lahir di Kebumen.

Dan ibu saya lah anak yang ketujuh itu. Sejak kecil, ibu saya hanya tahu memilik Kakak banyak.

Dan kakak-kakak nya ibu saya itu juga, sudah merantau ke berbagai daerah. Dari mulai sekolah hingga bekerja dan menikah dengan penduduk asli perantauannya.

Makanya selagi ada waktu, ada yang dituakan dan bisa kumpul semua, akhirnya diusahakan supaya bisa berangkat.

Kebetulan disana semua tanaman sedang berbuah. Ikan peliharaan sudah tumbuh jadi ukuran besar.

Bakar-bakar di tahun baru, tidak perlu modal banyak. Sayangnya malam itu saya sudah berada di Yogyakarta. Menikmati malam pergantian tahun disana.

Itu jd kebiasaan saya untuk hidup nomaden, semenjak pulang dari jalan-jalan ke Malang?