Tidak Merasa Karena Terbiasa

Bulan April nanti genap dua tahun saya bekerja di Excellent. Dari mulai menjadi staff perempuan satu-satunya sekarang jadi salah satunya. Artinya dalam dua tahun, begitu cepat Excellent bisa menambah karyawan wanita yang salah satu tugasnya adalah menjadi teman untuk saya. Hehehe?

Saat ini untuk setiap harinya saya membantu dalam urusan sales dan sesekali menjadi resepsionis. Menerima permintaan penawaran dan menerima telepon.

Posisi tempat kerjanya ada dipaling di depan. Di meja resepsionis. Yang pertama angkat telepon. Yang paling pertama tatap muka kalau ada tamu yang datang. Dan yang paling sering cek kendaraan yang terparkir di halaman kantor. Satu lagi, yang paling buru-buru lari keluar menyelematkan helm yang disangkutkan di motor kalau hujan?

Bulan ini saya dapat teman kerja baru. Kak Dew, adik bungsunya si Boss.

Walaupun dia lebih senior dari saya, dia lebih dulu bergabung dengan Excellent, dan baru resmi di tahun ini. Artinya baru di tahun ini dia menghabiskan sebagian waktunya bekerja di Excellent. Ternyata dia juga lebih memperhatikan keadaan lingkungan kerja di Excellent, ketimbang saya yang sudah bekerja dua tahun dan tiap hari datang ke kantor.

Meja resepsionis menjadi tempat untuk menaruh berbagai perlengkapan kantor. Hingga kunci motor semua dititip di meja saya itu. Tapi saking banyaknya barang di meja saya, jadi berantakan dilihatnya. Bukan dilihat lagi memang berantakan.

Sebelum pulang saya harus mematikan printer, membersihkan meja agar tidak ada sampah dan mengembalikan perlengkapan yang digunakan hari ini ke tempat semula. Tapi disetiap paginya, di meja saya pasti sudah berantakan lagi. Banyak kunci motor berserakan, gunting dimana-mana. Barang yang tidak seharusnya berada di meja saya sudah pindah semua ke tempat saya.

Ujungnya pasti penghuni meja itu yang ditegur. Padahal waktu pulang sudah bersih.

Pagi ini saya membersihkan meja kerja bersama teman kerja saya yang baru itu. Dia yang mengajak saya, menurutnya meja kerja kami terlihat sangat kotor dan sumpek.

Kami berbagis tugas. Saya pisahkan beberapa barang yang mestinya disimpan dan barang yang mestinya dibuang. Sedangkan dia membersihkan debu-debu yang menempel.

Pagi-pagi sudah bongkar kolong meja. Banyak sampah di kotak-kotak tempat menaruh perlengkapan kantor. Seperti sampah pembolong kertas, banyak potongan materai yang sebenarnya masih bisa dipakai. Banyak paper clip berserakan, kabel yang tak bertuan, pulpen yang habis tapi masih disimpan, hingga uang recehan atau uang sisa operasional. Kertas sertifikat yang tidak terpakai, itu pun masih disimpan. Sampai-sampai potongan bungkus kecap juga saya temui. Padahal saya nggak suka kecap, kenapa ada disitu.

Karena terbiasa dengan kondisi seperti itu, selama ini saya merasa baik-baik saja. Tidak ada yg perlu di benahi.

Semenjak kehadiran staff baru ini, jadi ada usulan perbaikan. Dan mestinya usulan tersebut disetujui dan dilaksanakan?

Memang benar, untuk yang terbiasa jika melihat hal-hal yang tidak seharusnya jadi biasa-biasa saja. Masih dianggap baik-baik saja. Kalau yang tidak terbiasa, pasti komentar. Pasti ada kata sebaiknya dan seharusnya.

Dan sepertinya besok harus kerja bakti nih membersihkan seluruh ruangan kerja. Lantai-lantai juga mulai berdebu. Berhubung yang biasa mengerjakan urusan rumah tangga kantor juga belum masuk kerja lagi. Jadi mestinya, semuanya ikut bersih-bersih.

 

One thought on “Tidak Merasa Karena Terbiasa”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *