Lalin Jengkelin

Berkendara dengan sepeda motor hampir setiap hari saya lakukan. Emosi saat dijalan hampir setiap hari saya rasakan. Mengendalikan emosi saat berkendara juga sangat diperlukan. Karena kebiasaan pengendara motor di Indonesia selain serobotan juga tidak taat aturan.

Setiap pagi untuk sampai ke kantor saya selalu lewat jalan kampung (jalan tikus). Selain menghindari macet juga menghindari polisi nakal.

Ojek online dan mobil-mobil pribadi juga mulai lalu lalang. Banyaknya pengendara sepeda motor khususnya motor matic yang juga ingin menggunakan akses jalan lebih cepat tanpa polisi, kadang membuat keadaan dan suasana perjalanan semakin panas kalau-kalau tidak saling mengalah.

Mentang-mentang motor matic, tinggal ditarik gasnya dia jalan. Jadi bisa seenaknya ngebut nyerempet orang.

Merasa bahwa “saya” yang paling dikejar waktu, membuat pengendara motor jadi kurang kesabaran.

Untuk sampai di kantor saya mesti melewati dua lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas pertama ada dibawah fly over Summarecon Bekasi. Ada 3 persimpangan jalan. Pengaturan nya sudah OK. Sudah diberi masing-masing lampu lalu lintas ditiap ujung persimpangan.

Hanya saja untuk waktu yang diberikan di masing-masing lampu lalu lintas tidak adil. Menurut saya, untuk pengaturan waktu disisi setelah arah Summarecon Mal Bekasi menuju Rawa Bambu anggaplah persimpangan 1, itu terlalu cepat. Padahal banyak orang yang menggunakan akses jalan tersebut. Sedangkan sisi yg lain diberi waktu lebih lama. Padahal tidak begitu banyak pengendara yg lewat.

Ketentuan seperti itu bisa saja menyebabkan kecelakaan. Karena terbatasnya waktu yang diberikan dan lamanya waktu menunggu hingga hijau kembali. Kadang jika waktunya harus jalan. Banyak pengendara lain yang tidak sabar, takut dapat giliran menunggu lagi. Bahkan jika waktunya sudah ada di 1 atau 2 detik menuju merah pasti masih banyak pengendara yang nekat menerobos. Tidak melihat bahwa dari sisi kanan (persimpangan 2) ada motor lain yang tancap gas. Kalau begitu kan bisa saja saling hantam. Timbul kecelakaan. Bikin macet jalan lagi.

Kemudian dilampu lalu lintas yang kedua dan terakhir. Biasanya saya sebut lampu merah patal. Lampu merah Teluk Buyung.

Disini harus lebih sabar. Selain lampu lalu lintas yang tidak jelas, tidak Ok, kurang bagus pengaturannya, ora danta lah pokoknya, disini juga jarang ditemukan petugas pengatur lalu lintas. Kadang kita mesti dibantu oleh satpam PDAM setempat untuk bantu mengatur jalan.

Beberapa hari yang lalu. Saya mengalami hal yang tidak mengenakan hati. Jengkel. Kesal. Mau maki-maki orang. Tapi harus tetap sabar.

Ada empat persimpangan jalan. Sama halnya dengan lampu lalu lintas sebelumnya. Lampu hijau yang diberikan tidak sama rata. Disisi tempat biasanya saya lewat waktunya hanya 25 detik. Sedangkan lampu lalin yang lain masing-masing 35 detik.

Waktu itu disisi jalan yang saya lewati macet. Penyebabnya karena banyak penduduk sekitar situ yang punya mobil pribadi tapi tidak punya lahan parkir. Makanya mereka menggunakan sebagian jalan untuk parkir mobil-mobilnya.

Karena saya naik motor, saya dan pengendara lain bisa nyelip. Tapi didepan saya itu pengendaranya ibu-ibu sosialita. Sudah tidak pakai helm, ikut nyelip tanpa lampu sein ditambah pegang handphone.

Beberapa kali saya bunyikan klakson untuk ibu itu. Akhirnya saya bisa mendahului dia.

Berhentilah saya dibaris depan, dibelakang garis putih. Jarak saya dengan pengendara mobil lumayan jauh, pas untuk mengisi satu baris lagi di belakang barisan motor saya. Lampu lalinnya juga masih dalam keadaan merah. Ibu sosialita tadi posisinya tepat dibelakang samping kiri saya.

Dan beberapa kali terdengar suara klakson. Saya coba lihat dari kaca spion sebelah kiri. Ada ojek online *tidak saya sebutkan merk nya, yang tidak hentinya membunyikan klakson. Saya coba maju sedikit. Ibu-ibu itu ikut maju sedikit. Padahal spacenya untuk maju disamping kanan saya masih cukup luas. Ibu itu benar-benar menyebalkan.

Tidak lama setelah berhasil nyelip. Ojek online itu, tancap gas kencang arah lurus menuju simpangan selanjutnya. Dalam keadaan lampu lalin masih merah dan meneriaki saya seperti orang ngajak berantem.

Saya kaget dan jengkel. Bukan salah saya dong. Lampunya masih merah. Ibu itu yg menghalangi jalan untuknya. Kenapa saya yang di bentak?

Melihat saya diperlakukan seperti itu, ibu-ibu yang menyebalkan tadi juga ikut tancap gas, arahnya sama seperti ojek online yang tadi.

Setelah saya merasa bahwa saya tinggal berdua didepan. Bapak-bapak disamping saya bilang, “Neng…. Neng… Itu dibelakang.”

Saya balik tanya, “Kenapa pak?”

Bapak itu bilang, “Itu dibelakang.”

Saya menengok ke belakang, ternyata angkot. Yang sama seperti ojek online tadi. Ingin langsung lurus, tapi tidak mau menunggu lampu berubah jadi hijau.

Tidak mengerti apa yang ada dipikirannya. Lampunya masih merah. Belum hijau. Belum boleh jalan. Tidak ada keterangan “lurus langsung”.

Kalau memang mau lurus, ya sabar. Ikuti aturan. Kan biar sama-sama selamat sampai tujuan.

Hari itu rasanya ingin kajian tujuh menit. Kalau saja ojek nya dekat, saya keplak helmnya yang masih dikepalanya itu?

Sebelumnya juga saya sempat ingin tertabrak pengendara lain. Waktu itu saya pulang dinas dari Jakarta. Mengendarai motor dari arah Stasiun Bekasi menuju kantor. Simpangan disisi saya lampunya hijau. Tidak salah kalau saya tetap melaju. Saya sein kanan ke arah Agus Salim.

Pengendara dari lawan arah tidak ada yang memberi saya jalan untuk belok ke kanan. Hingga lampu hijaunya berubah lagi menjadi merah. Dan itu waktunya simpangan di sebelah kanan tadi untuk jalan. Karena lampunya sudah hijau. Lhaa posisi saya masih ditengah-tengah. Ya jelas bakal ketabrak + diklaksonin. Kan malu.

Saya yang benar jadi merasa bersalah gara-gara lampu lalin yang tidak jelas. Mestinya kan bergantian. Apalagi itu berlawanan arah. Kalau berlawanan arah seperti itu mestinya satu-satu. Kalau yang utara sudah selesai jalan, berarti waktunya berhenti, lampunya jadi merah lagi. Biar yang dari arah selatan (Stasiun Bekasi) giliran jalan, dan bisa kesegala arah. Jadi bisa leluasa belok ke kanan. Kan enak.

Edisi cerita saya dari minggu lalu memang lagi penuh kejengkelan. Semoga saya tidak bertemu lagi dengan orang-orang yang menyebalkan seperti mereka-mereka yang saya ceritakan disini. Semoga juga lampu lalu lintasnya cepat diubah. Supaya tidak buat orang bingung lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *