Sering kali jika ditanya di daerah mana saya tinggal, pasti saya sebut salah satu nama perumahan sekitar rumah saya. Alasannya ya supaya mudah dan lebih cepat menjawab.
Padahal jika dijabarkan, saya itu bukan tinggal di perumahan tersebut melainkan dibelakang perumahan itu. Lebih tepatnya di kampung-kampung. Namanya juga kampung Rawa Bebek.
Saking padatnya penduduk banyak kebun-kebun tuan haji dibangun kontrakan. Rumah saling berdempetan. Jalan saja hanya muat dua motor. Yang punya mobil, mesti sewa garasi ditempat lain. Karena jalannya gang senggol. Sepanjang gang itu hanya bisa dipenuhi tujuh rumah tiap sisi kanan dan kirinya.
Kali ini fokusnya adalah bercerita tentang hal ghaib. Cerita horor lah, yang baru- baru ini atau minggu ini terjadi di lingkungan rumah saya.
Saya belum pernah mengalami hal aneh diluar nalar seperti bertemu atau melihat makhluk ghaib, jadi jika ada orang yang bercerita bahwa ia pernah melihat setan atau yang lainnya, saya hanya bisa mendengarkan dan sedikit percaya banyak tidaknya. Tapi juga takut, kalau diceritakan wujudnya, yang katanya buruk rupa.
Selama ini sering dengar cerita dari beberapa tetangga depan rumah atau tetangga seberang gang. Yang katanya suka lihat laki-laki, rambut panjang, bertubuh besar, warnanya hitam sering duduk diatas pagar rumah saya. Atau sering melihat mbak-mbak mondar-mandir di depan rumah saya. Dengan perawakan badannya besar dan warnanya merah. Sampai-sampai saudara sebelah rumah saya bilang, kalau saya pelihara tuyul diatas rumah. Kalau malam hari suka main atau obok-obok kolam ikan lele milik ayah saya. Yang letak kolamnya di depan kamar rumah saya itu.
Saya yang alhamdulillah belum pernah melihat atau bertemu langsung hanya mengiyakan saja. Bagaimana bisa saya dibilang pelihara tuyul. Kalau saya punya tuyul, saya wegah kerja. Di rumah saja santai-santai nunggu uang setoran.
Tidak hanya satu atau dua orang saja yang sering lapor ke ibu saya. Banyak sekali. Termasuk adik saya, yang sawan lihat mbak-mbak bergamis putih dan berambut panjang duduk nangkring diatas motor saya jam 03.00 pagi.
Kamar saya itu diatas. Dibelakangnya dijadikan gudang, bekas kamar dulu. Kamar mandi dibawah. Sedangkan ibu saya itu kebiasaannya sebelum tidur, kamar mandi, ruang tamu, dan lampu dapur dimatikan lampunya. Karena posisi tangga rumah saya letaknya diluar ruangan. Jadi setiap ingin turun ke bawah, atau ke kamar mandi mesti melihat pemandangan atap-atap rumah warga.
Nah mungkin mbak-mbak yang nangkring diatas motor saya, masuk rumah saya lewat tangga tadi😁
Lanjut cerita, mungkin sebagian dari kita dulu pernah dinasihati sama orang tua untuk tidak keluar rumah disaat menjelang maghrib atau sesudah isya. Katanya kalau sampai berani keluar nanti diumpeti wewek gombel. Yang sering disebut pecinta anak-anak itu. Yang katanya juga sering muncul disela-sela pohon pisang.
Saya sendiri mengira itu bohong.
Hari minggu kemarin saya ada acara bersama teman kampus. Pulangnya malam, sekitar 21.30 WIB. Biasanya dilingkungan rumah saya itu jam 21.00 WIB semua sudah tutup pintu. Tapi kali ini tidak. Tetangga depan rumah saya itu ramai sekali. Rupanya teman kecil saya sedang sakit dan panik mau dibawa ke rumah sakit naik apa?
Sampai masuk ke rumah, saya tanya ibu saya. Di depan itu ada kejadian apa? Ibu saya heran. Karena ibu saya juga tidak tahu. Akhirnya ibu saya bergegas langsung keluar rumah.
Lebih tepatnya ibu saya kepo sih.
Sehabis keluar rumah itu, pas masuk lagi, ibu bilang ke saya “Masa kak, udah jam berapa ini. Itu anak kecil masih diluar main lari-larian.”
Saya tanya kembali ke ibu saya, “Anak kecil siapa?”
Ibu saya menjawab, “Si Berlin, anaknya tante warung madura.”
Karena sudah lelah saya tidak bertanya lebih banyak lagi.
Di rumah saya itu ada warung, sering disebut warung madura. Karena yang jaga orang madura. Setiap tiga bulan sekali mereka rolling, saling bergantian dengan yang lain. Sama-sama pendatang dari Madura.
Warung ini unik, 24 jam beroperasi. Pagi istrinya yang jaga, kalau malam suaminya yang jaga. Kebetulan saat ini yang jaga sudah punya anak. Perempuan. Lucu. Baru berumur 2 tahun. Cerewet. Pintar ngomong, semua orang disapa dan ditanya jika berpas-pasan. Padahal tidak kenal.
Anak perempuan itu yang disebut ibu saya tadi. Yang namanya Berlin.
Setelah melihat Berlin yang masih main diluar malam itu, keesokan paginya ibu saya bilang, bahwa anak kecil itu hilang semalam. Dibawa kuntilanak katanya. Ketemu disela-sela pohon pisang adzan subuh tadi.
Saya sedikit tidak percaya bagaimana bisa?
Digendong lalu terbang? Atau langsung menghilang?
Ceritanya seperti ini. Depan rumah saya itu ada tuan haji yang masih memiliki tanah lapang. Semuanya ditanam pohon pisang. Karena beliau aktif pada kegiatan di masjid, untuk keranda atau alat untuk memandikan jenazah beserta sisa kain kafan disimpan dibelakang rumahnya. Jadi bagi warga sekitar rumah saya menganggap rumah pak haji ini angker. Satu karena masih ada kebun pisang, kedua jadi tempat penyimpanan alat mengurus jenazah. Ditambah minim pencahayaan.
Posisi rumah pak haji ini ada dibelakang warung tadi. Jadi waktu mama saya bilang kalau Berlin malam-malam masih main lari-larian itu ya dia habis main sama yang penunggu kebun itu.
Singkat cerita, jam 22.00 WIB itu Berlin sudah dipaksa tidur oleh ibunya. Karena sudah malam jadi tugas bapaknya untuk jaga warung. Di malam itu puncaknya, sekitar pukul 01.00 WIB, Berlin menghilang. Padahal bapaknya saat itu sedang beres-beres barang di warung.
Bapaknya baru sadar anaknya hilang jam 01.00 pagi. Ibunya yang tadinya tidur disamping Berlin pun bingung, kenapa anaknya bisa hilang. Akhirnya pagi itu, mereka ramai sendiri cari anaknya. Beberapa tetangga saya terbangun dan ikut mencari. Menabuh beberapa peralatan rumah tangga seperti panci disetiap kebun sambil menyebut nama anak kecil itu.
Anak kecil itu baru bisa ditemukan selepas adzan subuh, disela-sela pohon pisang kebun sebelah. Bukan kebun pak haji.
Jadi ada dua kebun didekat rumah saya. Ada kebun pak haji, ada kebun pakde Bambang. Yang seram itu yang pakde Bambang. Dari jaman saya kecil, saya tidak pernah berani melewati jalan itu kalau tidak dengan ibu saya.
Dua kebun dengan dua penunggu. Jenisnya sama. Jailnya beda.
Sebelum kejadian itu, ibunya teman saya cerita bahwa malam tadi melihat wanita terbang diatas rumahnya ke arah kebun pakde Bambang. Semua tidak percaya, hanya tertawa saja jika diceritakan ulang.
Tapi nyatanya setelah kejadian ini, banyak yang mengiyakan dan percaya.
Karena si Berlin ngadu ke ibunya, setelah main dengan si kunti jail itu dia disuruh pulang sendiri. Makanya setelah adzan subuh itu dia menangis dan baru bisa ditemukan.
Ibunya mengira, sepertinya kunti itu menyamar jadi kucing. Karena sebelumnya tidak ada kucing, dua hari sebelum kejadian itu saja ada kucing selalu tunggu disitu dan kucingnya aneh. Kalau dikasih makan tidak mau, diusir malah dipelototin.
Berlin itu sering bilang ke bapaknya sambil menunjuk kesudut jalan, “Ada itu pak.”
Tapi bapaknya tidak percaya.
Dan saya yang mau jajan es krim Aice kesitu jadi takut. Apalagi kalau ibu saya menyuruh saya ke warung diatas jam 20.00 WIB saya pasti menolak😂
Kata ibu saya, “Ngapain takut, kuntilanak gendong kamu juga ga kuat.”