Sebagian besar orang pada umumnya pasti sering mendengar kata “Sugesti”. Kata tersebut sering dikaitkan dengan hipnotis atau perbuatan yang cenderung negatif.
Sugesti adalah proses psikologis di mana seseorang membimbing pikiran, perasaan, atau perilaku orang lain atau mungkin dirinya sendiri.
Sejak mulai perkuliahan khususnya di mata kuliah pendidikan kepribadian. Saya baru menyadari. Malam ini. Alur dari cara dosen saya mengetahui sifat dan karakter setiap mahasiswanya.
Berawal dari mata kuliah tersebut, saya menyadari dan mulai mengenal karakter asli saya sendiri. Masalah kepribadian saya. Yang dominan dengan perilaku :
1. Sering merasa tertekan atau stress
2. Mencari aman untuk orang lain
3. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Ketiga masalah tersebut, sering saya alami atau mungkin sudah menjadi kebiasaan. Sering merasa tertekan atau stress, disebabkan karena saya terlalu memikirkan sesuatu yang membuat otak saya penuh dengan permasalahan. Timbul rasa selalu bersalah. Apapun yang saya lakukan adalah salah. Akhirnya sulit mencari solusi. Putus asa. Terus begitu. Tertanamlah sugesti, “kamu selalu salah”.
Stress itu sebenarnya kita sendiri yang buat. Kenapa saya bisa stress? Awalnya saya pasti menyesali setiap tindakan yang saya lakukan sebelum peristiwa tidak mengenakkan terjadi. Seperti, “Kenapa tadi begitu?”
“Kenapa tadi nggk begini saja?”
“Seharusnya saya nggak melakukan itu!”
Dan terus menyalahkan diri sendiri. Punya masalah tapi tidak punya solusi. Bercerita ke orang lain, orang lain pun sama-sama punya masalah. Lalu? Lalu saya sampaikan saja pada tulisan ini.
Itu contoh sugesti negatif yang ada pada diri saya. Tidak patut dicontoh dan sebaiknya selalu tanamkan sugesti positif.
Selanjutnya, mencari aman untuk orang lain. Mengapa saya menyebutkan seperti itu. Saya memiliki rasa “tidak enakan” terhadap orang lain. Hal ini membuat saya menjadi takut mengungkapkan isi hati dan takut menyampaikan apa yang saya rasakan.
Kadang apa yang tidak sepenuhnya saya lakukan, harus saya terima konsekuensinya sendiri. Seperti halnya melakukan sesuatu, yang sebenarnya saya hanya melanjutkan saja. Tapi karena finalnya disaya. Otomatis jika terjadi kesalahan, saya yang disalahkan. Padahal saya hanya meneruskan. Tapi kadang saya bilang pada diri sendiri, “Yaudahlah gapapa diomelin, yang penting dia jangan. Ga enak soalnya, nanti berantem.”
Begitu terus dan selalu. Alhasil, kalau dilihat akhir-akhir ini, saya sendiri yang nilainya kurang bagus. Padahal saya bisa jelaskan dan katakan, alurnya seperti apa. Saya punya alasan. Tapi balik lagi ke rasa “tidak enakan” itu. Membuat saya memendam sendirian.
Saya jadi penakut. Ini kelakuan buruk saya. Jangan ditiru. Saya pun malu sebenarnya. Dengan pertimbangan jika saya ubah itu, pasti banyak orang yang tidak suka.
Dan yang terakhir, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan. Saya adalah termasuk orang yang kalah sebelum berperang. Tidak percaya diri. Setiap tindakan yang tidak biasanya saya lakukan seperti presentasi di khalayak banyak atau ujian sertifikasi MTCNA contohnya, pasti membuat saya kalah diawal. Entah itu saya jadi nervous, keringat dingin, perut tiba-tiba mules atau mungkin tidak percaya diri pada jawaban sendiri dan lain sebagainya.
Biasanya saat saya ada diposisi seperti ini. Saya tunjukan dengan lompat-lompat panik dan tidak berhenti berbicara atau tanya ke diri sendiri, “nanti gimana ya aduhhhh?”. Seperti orang gila. Nanya sendiri, jawab sendiri, ketawa sendiri.
Tapi dari semua keraguan dan kekhawatiran saya, ada satu keyakinan. Di masa SMP dulu. Masih teringat saat saya mulai masuk ke kelas 9 SMP. Di semester awal. Guru agama saya Pak Syaifulloh. Beliau menjelaskan dan menerangkan tentang kekuatan Surah Al-Insyirah.
Beliau mengatakan, “Kalau kamu berada diposisi kesulitan, coba baca Surah Al-Insyirah. Sebanyak-banyaknya. Allah akan bantu, dengan meringankan beban kalian.”
Kalimat-kalimat itu menjadi sugesti positif untuk saya. Dari dulu, sekarang dan seterusnya. Setiap kali saya merasa cemas, kesulitan dan beberapa momen menegangkan. Saya selalu berhasil dan sukses. Bukan karena kalimat sugesti guru saya, tapi karena saya yakin inti sugestinya. Saya yakin, dengan saya membaca surah tersebut berkali-kali. Allah pasti mendengar dan akan kabulkan serta membantu saya. Berprasangka baik kepada Allah.
Buah dari kekhawatiran saya setelah meyakini bahwa Allah pasti bantu saya adalah lulus sertifikasi MTCNA. Bukan hanya karena beruntung tapi ini buah dari saya melawan kekhawatiran. Saya berani berperang dan ternyata saya menang.