Akhirnya hari ini saya tulis juga. Setelah menunggu yang ditunggu tidak datang juga. Padahal, ingin saya buat cerita. Tapi tidak apa-apa, begini ceritanya. Kemarin itu ulang tahun saya. Iya, 18 Mei tepatnya. Genap sudah 19 tahun usia saya. Masih belum terbayang sejauh ini saya sudah melangkah. Tahun depan sudah kepala dua. Menginjak usia 20. Itu artinya saya bertambah tua. Semakin berkurang jatah hidup didunia.
Saya anak tertua. Anak sulung. The Number One. Perempuan. Memiliki 2 orang adik kandung. Yang usianya terpaut lumayan jauh, empat hingga tujuh tahun.
Waktu kecil dan belum punya adik saya adalah anak kesayangan. Masih teringat, setiap minggu dikesempatan waktu. Selepas ayah pulang kerja, saya sudah didandani cantik oleh ibu mau diajak jalan-jalan pergi ke Mall. Karena saya anak pertama saat itu, jadi semuanya diberikan. Pulang jalan-jalan, beli mainan tak pernah ketinggalan. Hingga ulang tahun di usia 12 bulan pun dirayakan. Saya mendapatkan kue ulang tahun pertama itu diusia 12 bulan setelah kelahiran.
Semakin bertambah usia saya. Hingga umur empat tahun. Adik pertama saya lahir. Perempuan juga. Saya tetap jadi the number one, hanya saja bukan satu-satunya lagi. Disini orang tua saya mulai memberikan pelajaran tentang kemandirian. Dari mulai mandi sendiri, dan pakai baju sendiri. Tapi waktu itu saya belum bisa dandan sendiri. Sampai sekarang mungkin hehe 😀
Ada satu hal yang tidak pernah saya lupa. Kalau sudah masuk waktu Dzuhur, matahari sudah berada tepat diatas kepala, saya selalu dikurung ibu didalam rumah. Tujuannya supaya rutin tidur siang. Untuk tujuan lainnya, supaya saya tidak jadi anak nakal. Karena anak-anak dilingkungan saya nakal-nakal. Jadi, untuk jam main ibu selalu beri batas waktu.
Diusia empat tahun ini, saya sudah mengenal angka, huruf dan warna. Buku tulis dan pulpen jadi mainan saya. Dari halaman lembar pertama hingga halaman dipertengahan buku, isinya tulisan saya. Coret-coret membentuk rantai. Kenapa begitu? Dulu waktu ayah sakit, berobat ke klinik. Saya ikut masuk kedalam. Disana ada dokter yang tulis resep. Tulisannya jelek, tidak jelas dibaca. Jadi saya contoh itu. Kalau ayah pulang kerja, saya tunjukkan coretan itu. Saya bilang “ini tulisan dokter”. Ayah saya hanya tertawa kecil dan usap kepala saya. Mungkin juga dalam hatinya, ayah doakan saya supaya jadi dokter.
Taman Kanak – Kanak (TK)
Tahun 2004, usia saya menginjak 5 tahun. Sudah mulai bersekolah. Sekolah TK. Letak sekolahnya dekat dengan rumah saya. Hanya keluar gang, belok kanan lurus terus, belok kiri sedikit lagi sampai. Namanya TK IT Al-Huda. Biayanya mahal. Tapi alhamdulillah, semua anak ayah dan ibu saya bisa sekolah disana.
Satu bulan pertama, ibu selalu antar saya ke sekolah. Lama-lama saya berangkat ke sekolah sendiri. Saya memang anak yang pemberani. Pergi sekolah dan pulang sekolah jalan sendiri tanpa diantar atau dijemput. Itu kata ibu saya. Masuk sekolah itu pukul 07.00 WIB. Pulang sekolah itu pukul 09.00 WIB. Bawa bekal makanan dan minum. Makanannya nasi goreng atau nasi uduk buatan ibu. Minumnya teh manis, botol minumnya dikalungi dileher saya. Ke sekolah mau nya pakai sepatu yang alasnya ada lampu warna warni, jadi kalau diinjak sepatunya nyala kelapkelip. Tak lupa pakai tas dorong. Itu gaya anak sekolah TK paling keren dijaman saya. Kalau kalian pernah begitu, berarti kalian seangkatan dengan saya.
Jaman TK dulu, saya terbilang anak yang pintar. Selalu dapat gambar bintang. Waktu TK sistem penilaiannya bukan pakai angka, tapi pakai gambar bintang. Kalau gambar bintangnya ada lima artinya dapat nilai 100. Kalau nilainya jelek biasanya bu guru kasih gambar bulan menangis.
Pernah satu kali, sewaktu saya mewarnai bendera negara kita. Indonesia. Harusnya merah putih. Saya warnai dengan crayon menjadi putih merah. Guru saya, bu Rossi namanya. Memberi saya gambar bulan menangis. Besar sekali. Pulang sekolah, ibu periksa buku ditas saya. Ibu kaget. Saya dipanggil, terus ibu empos saya waktu itu. Diempos itu dicubit terus diputar. Bukan, ini bukan makan oreo, bukan juga kekerasan terhadap anak. Hanya saja ibu saya gemas karena kekonyolan saya.
Saya selalu ditunjuk sebagai pemimpin kelompok. Salah satunya kelompok untuk tampil lomba baca surah-surah pendek yang acaranya di laksanakan di Pantai Ancol untuk seluruh TK se-Jabodetabek. Waktu itu saya dan teman-teman saya juara 1. Setelah sempat kejadian bertengkar dengan salah satu rekan saya. Nanda namanya. Badannya lebih besar dari saya. Bu guru bilang “Ayo berbaris! yang tinggi dibelakang yang kecil didepan”. Teman saya yang gendut, tinggi dan besar itu tidak mau baris dibelakang. Saya peringati, dia marah dan saya dicubit. Yasudah saya cakar pipinya. Dia menangis, dan tidak jadi ikut tampil ke atas panggung.
Selain pintar, saya juga nakal. Saya akui itu.
Sekolah Dasar (SD)
Tahun 2005. Setelah lulus dari TK. Saya melanjutkan pendidikan ke tingkat SD. SDN Kota Baru IV namanya. Disini banyak hal-hal konyol yang saya alami. Saya mau sombong sedikit. Dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD saya selalu dapat peringkat 1 dikelas. Pernah jadi ketua kelas, ketua pramuka, danton paskibra, dan sekretaris di ekskul drumband. Saya aktif diberbagai kegiatan di sekolah. Selalu diikutsertakan dalam perlombaan.
Salah satunya ikut lomba sinopsis. Pada lomba ini, peserta diberi waktu satu setengah jam untuk membaca satu cerita. Peserta lomba, diberi satu buku yang didalamnya terdapat tiga cerita. Kemudian, cerita yang sudah dibaca dituliskan/dirangkum kembali pada kertas folio dengan huruf sambung. Jika sudah dirangkum, peserta lomba diwajibkan menceritakan kembali kepada dewan juri.
Waktu itu pesertanya ada 172 siswa. Yang akan dipilih untuk pemenangnya hanya 6 orang saja. Dan saya menjadi salah satunya. Masih teringat, kala itu saya diberi kartu peserta dengan nomor urut 057. Sayangnya di babak final, saya lupa semua jalan ceritanya. Mungkin karena terlalu kekenyangan makan bakso. Saya gagal menjadi juara I, II, III, Harapan I atau II. Saya hanya membawa pulang piala “Harapan III”. Sebenarnya saya sudah ditunjuk untuk lomba cerdas cermat, karena saya lemah dipelajaran IPS akhirnya saya batal diikutsertakan. Keputusannya saya dipilih untuk ikut lomba sinopsis ini. Latihan hanya 2 hari, di ruang guru. Tidak belajar bersama teman-teman dikelas. Jaman saya SD, siapa yang belajar diruang guru, berarti dia pintar.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Tahun 2011. Saya melanjutkan pendidikan ketingkat SMP. SMPN 13 Bekasi namanya. Dekat rumah saya. Bersekolah disini, bukan cita-cita saya. Bukan juga paksaan orang tua. Hanya saja terpaksa karena nilai saya yang kurang. Menjadi peringkat 1 dikelas tidak menjamin memiliki NEM besar. Cita-cita saya adalah masuk ke SMPN 172 Jakarta. Karena sudah didoktrin sejak SD bahwa anak Bekasi bersekolah di sekolah negeri di Jakarta adalah hebat. Maka saya ingin sekali bersekolah disana. Sayang, bukan rezeki saya.
Tapi disini saya buktikan, jika lulus dari sini saya bisa berlanjut ke sekolah bonafit. Bersekolah disini, saya selalu masuk ke kelas unggulan. Peringkat 4. Tidak pernah sampai ke peringkat 20. Kenapa begitu? Dalam satu kelas itu peringkat 1 bisa sampai 5 orang. Karena bersaing. Jumlah siswa dalam satu kelas ada 48 orang. Di SMP saya aktif di ekstrakurikuler Paskibra. Sering ikut lomba. Banyak menyumbang piala. Terakhir, ikut lomba baca puisi. Di SMPN 4 Bekasi. Saya gagal juara. Karena puisi yang saya bawakan bukan yang diinginkan. Kurang informasi. Mungkin juga karena pembawaan saya dalam membaca puisi kurang. Makanya saya gagal.
Saya ingat, waktu itu sudah jam pulang sekolah. Saya masih di sekolah, karena harus latihan untuk lomba baca puisi. Salah seorang guru yang terkenal cukup killer. Bu Muji namanya, dia guru IPA.
Dia tanya ke saya “Kamu kenapa belum pulang? Tunggu apa?”
Saya bilang, “Saya latihan untuk lomba bu, lomba baca puisi”.
Lalu beliau bilang, “Kamu ikut lomba baca puisi? Bagaimana bisa menang kalau muka mu saja tidak puitis”.
Kalimat-kalimat itu masih saya ingat hingga sekarang. Setidaknya saya pernah mencoba, saya sudah tahu rasanya ikut lomba tampil didepan banyak orang sendirian. Dan keuntungannya menambah pengalaman.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Tahun 2014. Sesudah melewati masa-masa S2 saya di SD dan SMP. Akhirnya pendidikan S3, saya lanjut di SMKN 1 Kota Bekasi. Sekolah model. Mantan RSBI. Sekolah negeri, tapi bayar SPP. Keinginan saya yang sesungguhnya ingin melanjutkan ke SMA saja, tapi orang tua tidak setuju. Bingung kalau saya sudah lulus, kuliah harus negeri supaya tidak bayar mahal. Cari kerja pun sulit, paling-paling diindomaret. Ibu saya tidak ingin saya begitu. Dan saya tidak sukses meyakinkan ibu saya. Saya turuti saja.
Saya ambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan). Karena dasarnya saya tidak bisa mengoperasikan komputer saat itu. Gaptek. Padahal punya laptop. Tapi tidak pernah dibuka. Saya pikir di TKJ hanya instal, instal dan bongkar pasang komputer. Ternyata TIDAK! TKJ disini beda. Lain daripada yang lain. Guru saya, Bu Nikmah dan Pak Supri sukses membuat saya menangis karena tugas-tugasnya. Karena mereka juga, sampai akhirnya saya bisa gabung di PT. Excellent Infotama Kreasindo. Di lain waktu akan saya ceritakan bagaimana saya bisa sampai sekarang ini karena mereka berdua dan Boss saya.
Di SMK saya tidak aktif berorganisasi. Sayang sekali, padahal banyak ekstrakurikuler yang disediakan. Yang akan selalu saya ingat jaman SMK, adalah “Tradisi goceng-goceng”. Tradisi ini diadakan setiap tahun. Siapa yang ulang tahun dikelas, akan diberi hadiah dan kue. Dirayakan bersama teman sekelas. Uang untuk beli hadiah dan kue, ditagih sebesar Rp5.000 (goceng) kepada setiap siswa. Kecuali yang sedang ulang tahun, itu yang tidak ditagih. Unik, tapi kadang mencekik. Kalau belum kasih uang iuran bisa-bisa dipanggil kikir.
Kerja sambil Kuliah
Tahun 2017. Saya lulus dari SMK dan resmi bergabung dengan Excellent. Setelah lulus UN saya langsung masuk kerja. Tidak ada kata “nganggur”. Bukan sombong. Ini namanya beruntung. Bersyukur. Alhamdulillah. Saat ini masih berjalan, dan akan disambil dengan kuliah. Tahun ini in shaa Allah saya kuliah. Menambah ilmu untuk karir juga. Karena kedua orang tua saya hanya lulusan SMA sederajat. Maka saya harus lebih maju satu tingkat, untuk saat ini. Awal masuk kerja saya ada dibagian Finance & Accounting. Saat ini saya pindah ke bagian Sales & Marketing. Jauh dari latar belakang pendidikan saya. Tapi itu menjadi nilai tambah untuk saya pribadi.
Cerita ini saya tuliskan dengan maksud mengingat apa saja pelajaran dan pengalaman hidup yang saya alami selama 19 Tahun ini. Akan ada banyak cerita nantinya. Tapi ini salah satu bagian dari cerita tersebut.