Dari Ojek Online Sampai Bus Transjakarta

Hari ini saya ada kunjungan ke salah satu klien di Jakarta. Biasanya naik KRL, berhubung katanya ribet kalo naik KRL jadi pagi ini saya dan rekan kerja saya naik Bus saja.

Kami sepakat bertemu di Halte Tol Barat jam 07.15 WIB. Dan tidak seperti biasanya pagi ini saya juga harus naik ojek online. Alasannya karena saya tidak tahu dimana itu Halte Tol Barat, jadi pikir saya lebih baik saya jalan kaki untuk cari tahu lokasinya ketimbang harus muter-muter mengendarai motor. Belum lagi setelah saya tahu lokasinya, saya harus mencari parkiran motor terdekat.

Saya pilih untuk destinasi tujuannya ke Giant Mega Bekasi. Seperti info dari teman saya, halte yang saya maksud ada diseberangnya. Dan menurut saya “Kalo gitu mah deket. Ga perlu ribet kan ada jembatan penyeberangan”.

Jadi saya putuskan pagi ini naik ojol, turun di Giant Mega Bekasi, lanjut jalan kaki keseberang jalan dan cari tulisan “Halte Tol Barat”.

Setelah sampai di Mega Bekasi, saya turun dari motor ojol dan salim, cium tangan ke abang ojeknya dong?

Akhir-akhir ini saya memang sering diantar Ayah, semisal pergi ke kampus. Dan setelah turun dari motor, saya salim. Pagi ini reflex salim sama abang ojeknya?.

Untung saya nggak bilang, “Ayah, nanti jemput aku lagi ya.”

Karena keburu sadar?.

Lanjut mencari halte. Saya mesti nyeberang dua kali. Lewat jembatan penyeberangan. Ini lumayan bikin dagdigdug, karena saya nggak pernah lewat yang beginian setiap pergi ke kantor. Taunya naik motor dari rumah, lewat jalan biasa terus sampe di kantor?

Ini besi jembatannya juga sudah berkarat, tiap diinjak, bunyinya keras. Ditambah sepatu licin. Jalannya dipinggir-pinggir sambil pegangan. Kayak orang norak dong?

Turun dari jembatan terakhir saya sudah lihat tuh ada halte bertuliskan “Halte Tol Barat”. Dan sudah banyak karyawan luar Kota Bekasi duduk berjajar. Berarti tugas saya sampai di halte selesai.

Tapi…. setelah lihat di seberang jalan, ada halte juga bertuliskan “Halte Tol Barat 1”. Lhaa saya jadi bingung, rekan kerja saya itu nunggunya di halte 1 atau 2. Masa saya harus nyeberang lagi?

Karena saya yang sampai duluan, jadi saya info bahwa saya ada di halte 2. Jadi saya tidak perlu menyeberang lagi.

Sekitar 20 menit kami menunggu Bus Patas AC jurusan Kalideres. Belum sampai melipir ke halte, Bus tersebut sudah distop penumpang. Tidak menunggu lama lagi, Bus langsung jalan memasuki tol. Belum juga saya mendapat tempat duduk, supir Bus langsung tancap gas. Akibatnya kepala saya jadi pusing karena berjalan berlawanan arah dengan laju Bus tersebut.

Saya duduk di kursi paling belakang dan paling pinggir, di aisle lah namanya. Busnya dingin sekali. Saya sudah merasa tidak enak badan. Pasti masuk angin. Karena saya tidak biasa naik kendaraan umum pagi-pagi seperti ini. Saya rasa duduk dipaling pinggir dekat jendela itu lebih baik, tidak terlalu terkena AC. Untungnya salah satu penumpang disamping saya turun. Jadi saya bisa pindah ke dekat jendela.

Perjalanan untuk bisa sampai di kantor klien memakan waktu 1,5 jam. Itu sudah termasuk macetnya Jakarta. Sebelum Bus melanjutkan rutenya ke arah Daan Mogot, saya turun di sebuah halte. Saya lupa namanya. Halte itu memang sepi. Kami mesti melanjutkan perjalanan dengan taxi. Sepengalaman rekan kerja saya yang pernah visit ke klien tersebut, untuk mendapatkan taxi memang sulit.

Beberapa taxi saya coba stop, tapi belum ada yang mau ambil penumpang. Kalaupun memang tidak ada taxi yang mau angkut kami, ya terpaksa naik bajaj heheh?

Ada bajaj, tapi ada juga taxi di belakangnya. Maksud hati mengepakan tangan untuk si taxi, malah jadi takut bajaj yang melipir ke tempat kami berdiri. Akhirnya tahan lagi, nggak jadi stop taxi. Tapi beruntungnya ternyata ada taxi lagi, dibelakang taxi yang sebelumnya dan langsung menghampiri kami.

Diturunkan lah saya didepan kantor klien. Kali ini saya juga lebih percaya diri. Sudah punya id card. Jadi ada kartu pengenal, dari perusahaan mana saya ditugaskan untuk kunjungan hihi?

Tapi tetap tukar kartu pengenal lainnya di lobby. Kami dengan percaya diri langsung menuju lantai 6. Sudah sampai, lalu bingung. Kok tidak ada yang menyambut. Setelah baca invitation ternyata meeting nya di lantai 2. Kami turun lagi. Baru lah ada yang menyambut kehadiran kami. Saya tidak tahu siapa dia.

Ruangannya besar, mirip waktu saya kunjungan ke salah satu klien pemerintahan. Di Jakarta juga. Ruangannya wangi coklat. Sayangnya untuk ruangan sebesar itu, hanya dipenuhi enam orang saja untuk berdiskusi. Dan hanya ada air mineral gelas saja diatas meja?

Diskusi dimulai, masing-masing memperkenalkan team nya. Saya baru sadar di depan saya itu ada team mereka yang baru saja saya telepon kemarin, perihal layanan expired dan beliau langsung bayar?

Saya pikir beliau lupa kalau kemarin saya yang telepon, ternyata setelah diskusi selesai dan pamit, dia ingat bahwa saya yang kemarin menagih pembayarannya.

Untuk menuju ruang lobby saya tidak naik lift. Saya lewat tangga darurat. Dipikir tidak jauh. Saya baru ingat sekarang, tadi itu saya ada dilantai 2 lalu ingin ke ruang lobby. Berarti harus melewati lantai 1 dulu. Sedangkan jarak antara lantai 1 dan 2 saja lumayan jauh, harus muter tangga 4 kali. Karena tangganya meliuk-liuk. Makin pusing lah kepala saya.

Tapi sebelum pulang kami bertiga ke McD dulu untuk makan siang. Jadi dari tadi cerita, kata “kami” nya itu untuk tiga orang. Saya dan rekan kerja saya plus temannya pak Boss yang juga sama-sama jadi Boss, biasa kami panggil kang Asep.

Kang Asep bilang, “Padahal saya gapapa lho diajak makan dipinggir jalan, di warteg-warteg gitu.”

Terus jawaban Team Excellent, “Justru karena kunjungan itu jadi kesempatan bisa makan enak kang wkwkwkw.”

Saya pribadi makan dengan menu McD itu hanya diwaktu tertentu saja. Semisal makan bersama dihari jum’at, baru gajian dan semacam traktiran-traktiran. Karena sayang uang kalau sering-sering makan fast food.

Setelah selesai makan kami bertiga pisah tujuan. Karena kang Asep juga ingin berkunjung ke salah satu kliennya. Saya dan rekan kerja saya juga harus kembali lagi ke kantor.

Siang itu kami berdua putuskan untuk pulang ke Bekasi naik TransJakarta. Bayarnya menggunakan id card dong. Tinggal tap.

Dari halte apa itu saya lupa namanya, kemudian saya turun di halte Grogol 1. Lalu pindah ke halte Grogol 2. Naik TransJakarta jurusan halte BNN. Baru lanjut ke tujuan terakhir Summarecon Bekasi.

Saat ingin menaiki TransJakarta jurusan Summarecon Bekasi, kondekturnya bilang untuk tidak duduk terlebih dahulu. Utamakan para penumpang prioritas. Saya pun berdiri selama perjalanan.

Ada ibu dan dua anaknya yang sudah besar. Si anak duduk dengan santai padahal di depannya nenek-nenek. Di depan saya juga ada perempuan muda.

Dalam hati, “Masih muda, kuat berdiri bukannya bangun, diem aja.”

Setelah saya lihat perutnya yang besar, saya langsung merubah kalimat “Oh lagi hamil muda.”

Sampai di Halte Tol Bekasi Barat 1, beberapa penumpang turun. Beberapa kursi kosong. Perempuan yang di depan saya tadi pindah keseberangnya, disamping ibu-ibu yang membawa dua anak tadi.

Setelah saya perhatikan, kok mbaknya mukanya sama ya kaya anak ibu-ibu itu.

Dan saya baru tahu, ternyata perempuan yang di depan saya itu bukan wanita yang hamil muda. Itu bocah?

Waduhhhh kena tipu gara-gara penampilan dan perut. Setelah sampai dikantor saya ceritakan kejadian ini ke beberapa teman. Justru mereka bilang, “Kenapa lu ga pura-pura hamil aja, biar lu duduk terus kaya yang bocah tadi wkwkwk.”

Siaul. Bilang aja mau ngatain gendut.

Tapi hari ini saya dapat oleh-oleh dari Jakarta. Tato tulang ikan buatan mama saya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *