Dua hari lalu saya mendapat tugas dan berkesempatan melakukan kunjungan ke salah satu klien di Jakarta. Ini adalah kedua kalinya saya pergi ke klien di hari puasa.
Kunjungan sebelumnya simple, tidak perlu ganti kendaraan untuk sampai ke tempat klien. Hanya turun di Stasiun Gondangdia, dilanjut jalan kaki.
Malam itu saya ada jam kuliah, masih belajar di kelas. Karena saya kerja sambil kuliah. Saya cek handphone. Ternyata banyak notif group. Saya baca satu per satu.
Ada pertanyaan pak Boss, soal tawaran berkunjung ke klien. Kebetulan kliennya ini pemerintahan. Terkenal lah. Apalagi yang suka dan sering keluar negeri, pasti sering berhadapan dengan tim mereka.
Waktu itu pertanyaan si Boss langsung saya jawab, “Bisa”. Karena menurut saya, boleh juga ikut kunjungan ke klien. Lumayan untuk tambah pengalaman sekaligus refreshing walaupun dalam keadaan berpuasa.
Saya itu suka kepo sama gedung-gedung tinggi yang ada di Jakarta. Gedung-gedung Kementerian atau gedung tinggi milik swasta yang logonya terkenal.
Yang saya ingin ketahui adalah bagaimana ruangan kerja mereka. Apa yang mereka kerjakan. Dan bagaimana situasi dan suasananya.
Karena menurut saya bekerja didalam gedung tinggi itu sesuatu yang wah dan terlihat elit.
Makanya saya langsung jawab, bisa. Supaya saya bisa juga berkunjung kesana.
Sekitar jam 08.30 WIB saya bersama rekan kerja start dari kantor menuju Stasiun Bekasi. Naik KRL yang sumpek, dan super padat itu untuk selanjutnya turun di Stasiun Jatinegara dan melanjutkan perjalanan dengan taxi menuju kantor klien.
Karena kami berdua sama-sama belum pernah berkunjung ke klien yang satu ini. Saat keluar dari Stasiun Jatinegara, saya agak bingung harus ke arah mana, agar bisa memberhentikan taxi yang lewat. Karena panjangnya pagar stasiun, membuat kami jadi bingung harus ke tempat yang mana.
Saya menuju ke arah jembatan penyebrangan dan menunggu dibawahnya. Beruntungnya, tidak lama kemudian taxi datang. Argo disetel. Diajaklah kita putar arah yang jauh. Sehingga harganya naik.
Sebelum naik taxi, saya buka google maps terlebih dahulu. Mencari lokasi gedungnya. Ternyata tidak jauh. Tapi karena putar arah itu, jadi merasa jauh sekali.
Akhirnya saya sampai dilokasi. Tapi masih harus mencari gedungnya. Letak gedungnya ada dipaling belakang. Dan kita kesulitan mencarinya, karena petunjuk arahnya tidak jelas. Dan lagi-lagi yang semestinya bisa mundur ke belakang, supir taxi malah kembali ketitik awal. Ya jelas, argonya bertambah dong. Ditambah parkir kita yang tanggung. Jadilah kami berdua bayar taxi dengan nominal Rp45.000,- yang semestinya sih dibawah harga itu.
Setelah sampai, saya masuk ke gedung dan menunggu di lobi. Terlihat dari luar sebelum saya masuk ada banyak petugas jaga di meja resepsionis. Wajahnya galak. Mungkin karena itu pemerintahan jadi mereka harus waspada, makanya galak.
Saya menunggu rekan kerja yang lain. Cukup lama kami menunggu, sekitar 30 menit mereka baru sampai. Tanpa menukar kartu identitas dengan kartu tamu, kami bisa masuk melewati pintu tanpa tapping dengan kartu tamu.
Yang tap itu rekan kerja saya yang lain. Hanya dengan menempelkan tangan di kedua sisi, pintu terbuka dan tidak tertutup lagi. Saya agak norak sih. Kok bisa begitu?
Dilanjut naik lift ke lantai 4, untuk melakukan meeting diruangan Direktur.
Ternyata pesertanya banyak sekali. Dan paling banyak kaum laki-laki. Saya lihat ruang kerja disana, sebelum masuk ruangan meeting. Itu keren. Mereka seperti terlihat sibuk semua.
Lebih terkejutnya saat saya tahu ruang meetingnya seperti di kursi DPR. Kursinya ditata letter U. Dikursi barisan depan dipasang Mic Conference. Kursi belakang, biasa saja.
Waktu saya baru sampai, saya dan rekan kerja saya dipersilahkan langsung duduk di depan. Karena saya tidak tahu, kami menurut saja.
Satu per satu, peserta meeting dari pihak instansi pemerintahan ini masuk dan memenuhi ruangan. Acara dimulai dengan pembukaan sambutan dari Direkturnya langsung. Dan posisi tempat duduk saya ada disampingnya.
Lho, saya baru engeh. Kursi saya ini sebenarnya paling dekat dengan atasan mereka. Pantas saja tidak ada yang mau mengisinya. Dan lebih senang duduk di kursi belakang. Tapi tidak masalah, ini jadi pengalaman saya. Karena tidak sembarang orang bisa ikut dan masuk ke dalam ruang meeting tersebut. Apalagi duduk didekat atasannya langsung kan.
Seperti ini gambar ruangannya.
Saya agak sungkan mengambil gambarnya. Saya pikir foto diruangan ini tidak boleh, ternyata sah-sah saja dan boleh-boleh saja. Karena selesai meeting, banyak peserta meeting yang lain bebas ambil gambar?
Pembahasan meeting ini lumayan lama dan panjang. Saya suka dengan pembicara keduanya. Bawahannya pak Direktur, kalau tidak salah kepala IT nya. Beliau berbicara dengan sangat terstruktur. Rapi. Dan beliau sampaikan apa adanya bagaimana kinerja masing-masing team.
Pertama beliau memuji, kemudian menyampaikan kekurangannya. Beliau juga menyinggung soal ruang kerja Team Engineer yang stand by disana. Menurutnya, kerja fokus itu berawal dari ruang kerja yang nyaman. Kalau ruang kerjanya saja sumpek dan banyak sampah bagaimana bisa kita fokus bekerja. Dari hal kecil seperti itu saja beliau mau menyampaikan.
Dan selebihnya kami membahas terkait pekerjaan. Hingga akhirnya meeting dicukupkan dan selesai. Peserta yang lain berpencar, ada yang langsung pulang ada yang masih stand by disana. Saya termasuk yang ingin langsung pulang.
Menuju ruang lobi, naik lift turun ke lantai 1. Baru sebentar kemudian pintu lift terbuka, seorang pegawai sana masuk ke lift sedangkan kami berdua reflex langsung keluar dari lift.
Saat saya lirik kanan kiri, kok beda ya ruangannya. Kok masih bisa lihat atap rumah. Berarti kan saya masih diatas. Satu orang yang masuk lift tadi bilang, “Mas mas, mau ke lantai 1 ya?”
Lalu kami jawab, “Iya”
Dia bilang lagi, “Ayo mas, ini masih lantai 3. Lantai 1 masih kebawah lagi.”
Wahhh, iya. Kita berdua kurang fokus?
Disitu juga saha baru sadar, kalau waktu masuk melewati pintu tapping kita pakai bantuan team lain. Sedangkan kita berdua sudah berpencar dengannya. Rekan kerja saya mencoba mengikuti cara sebelumnya. Cukup tempel tangan. Dan langsung bisa terbuka.
Konyol kalau sampai tidak bisa keluar dan lewat pintu tapping tersebut?
Saya duduk di lobi. Saya lihat banyak orang yang berkunjung kesana dan dijemput didepan gedungnya langsung. Walau naik taxi sekalipun. Saya pun ikutan. Beberapa kali saya pesan GoCar. Minta untuk dijemput didepan gedung langsung. Sudah menunggu lama ternyata dicancel.
Karena semakin siang dan semakin panas. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk langsung jalan kedepan, alias keluar area. Dan menunggu taxi didekat halte.
Waduhhhh, jalan kaki kedepan itu kan lumayan juga. Bonus bulan puasa ini mah. Jalan kaki, panas-panasan.
Tapi kami langsung dapat taxi, dan perjalanan ke Stasiun Jatinegara hanya sebentar. Hanya mengeluarkan uang Rp15.000,-.
Lagi-lagi kami harus putar jauh, jalan kaki, untuk masuk ke stasiun.
Saya sudah membayangkan dikereta pulang pasti dapat tempat duduk. Ternyata, tidak juga. Saya mesti berdiri lagi. Sungguh nikmat bulan puasa sekaligus dapat pengalaman yang menarik. Yang tidak semua orang bisa merasakan?