Terbang bersama AirAsia. Mungkin begitu judul yang tepat untuk tulisan saya saat ini.
Setelah menunggu lama di Gate 6. Pesawat saya akhirnya datang. Semua penumpang berbaris sesuai zone nya.
Baru tahu kalau masuk pesawat harus berbaris seperti itu, supaya gampang diatur tempat duduknya. Kebetulan saya ada di zone 2. Karena kursi saya di nomor 29 E & F.
Perasaan saya was-was tiap kali ingin lepas landas. Perjalanan dua jam diatas awan itu menurut saya cukup lama.
Saat pesawat berhasil mengudara dan melewati Selat Sunda. Disitu pertama kalinya saya merasakan terbang diatas lautan. Dan melihat pucuk Gunung Anak Krakatau yang mengeluarkan asap.
Selama satu jam berada diatas awan, alhamdulillah belum terjadi guncangan-guncangan akibat turbulensi ringan. Dan saya bisa melihat daratan hijau di bawah, mungkin itu pulau Sumatera. Atau malah daratan Singapura.
Pada saat ini juga pertama kalinya saya melihat pesawat lain melintas dibawah pesawat saya. Tidak disangka, secepat itu pesawat melaju diudara. Padahal jika melihat pemandangan keluar, sepertinya pesawat tetap disitu dan tidak bergerak?
Pantas saja Jakarta – Kuala Lumpur bisa ditempuh hanya dengan waktu dua jam.
Mendekati landing pesawat. 30 menit sebelumnya, pesawat saya berada di ketinggian 38.000ft. Disini terjadi turbulensi ringan. Karena pesawat yang saya tumpangi berada diatas gumpalan awan. Sebagian gumpalan awan itu ada yang cerah, dan sebagian lagi menghitam.
Pilot mengumumkan bahwa cuaca di Kuala Lumpur cerah namun berawan. Semua penumpang diharapkan tetap tenang, walaupun sesekali pesawat miring dan terjadi turbulensi ringan.
Kemudian announcement otomatis mulai terdengar, berarti sebentar lagi pesawat akan landing.
Announcement :
“Tuan-tuan dan puan-puan, sila pasangkan tali keledar. Tutup meja dihadapan Anda dan penutup tingkap dibuka. Sila kembali ke tempat duduk Anda sekarang dan penggunaan tandas ialah tidak dibenarkan pada masa ini.”
Yang saya dengar bukan tuan-tuan dan puan-puan. Tapi tun-tun dan pon-pon. Dan saya bingung sendiri, tapi di translate ke bahasa Inggris jadi ladies and gentlemen haha?. Baru sadar dan jelas mendengar kalau itu tuan-tuan dan puan-puan, ketika saya berada di penerbangan KUL-SIN.
Nah, saat landing ini juga. Semua anak kecil didalam pesawat yang saya tumpangi menangis, karena telinganya sakit. Saya pun merasakan itu. Saya sendiri khawatir, takut gendang telinganya pecah terus nanti keluar darah dari dalam telinga. Tapi sebenarnya itu dalam keadaan normal.
Setelah berhasil mendarat di KLIA 2, matahari disana ternyata masih tinggi. Beda satu jam dengan Waktu Indonesia Bagian Barat (Jakarta). Ternyata suasana jam 18.00 disana sama dengan jam 16.00 di Jakarta.
Ketika memasuki imigrasi ternyata luar biasa antre nya. Saya yakin disini tidak akan ditanya detail.
Akhirnya saya coba ke counter Tune Talk terlebih dahulu. Karena selama liburan disini saya juga butuh paket data internet.
Untuk mendapatkan kartu perdana Tune Talk, bisa dipesan di aplikasi Klook. Dengan keyword “SIM Card 4G Malaysia”. Pilih pick up di Kuala Lumpur Airport. Dan jangan lupa bayar.
Nanti tunjukan saja kode bookingnya ke petugas. Dan langsung di scan, kemudian diaktifkan oleh si petugas tersebut. Tidak perlu khawatir, walaupun petugasnya orang India tapi dia bisa bahasa Melayu juga.
Saya kembali mengantre ke imigrasi Malaysia. Tidak disangka banyak juga ya yang ingin mengunjungi Malaysia. Saya ambil jalur foreign paspor (Paspor Asing). Untuk kalian yang baru pertama kali keluar negeri, jalan lupa antre terlebih dahulu untuk meminta stemple negara Malaysia.
Kenapa saya katakan jangan lupa antre. Karena saat saya kesana jalur antrenya sangat membingungkan. Ada yang satu baris isinya bule Western semua, ada yang satu barisnya Chinese semua, ada yang satu baris India dan lokal. Nah, sedangkan saya kan wajah lokal. Jadi kalau saya antre dibarisan bule Western agak aneh. Jadi, kalau disuruh berbaris oleh petugas imigrasi sana nurut saja.
Tidak berbeda jauh dengan imigrasi Indonesia. Bedanya hanya keramahan petugas saja. Saya kedapatan petugas yang mungkin sudah terlalu lelah jadi jutek sangat. Saat saya melakukan pengecekan sidik jari. Dua kali kepala petugas geleng-geleng. Mungkin karena tidak langsung cocok hihi?
Ketika sudah cocok dan dapat stemple saya langsung dialihkan ke jalur exit. Tidak boleh menunggu teman didalam ruang imigrasi, harus langsung exit ke tempat toko oleh-oleh.
Setelah keduanya lolos. Saya kebingungan mencari jalur exit bandara kedatangan “Balai Ketibaan”. Ternyata ada pengecekan barang lagi. Semua orang yang melewati itu membawa koper. Sedangkan saya hanya tas gemblok. Dibelakang saya orang Indonesia. Dia bilang tas saya tidak perlu diperiksa. Yasudah saya nyelonong boy.
Ternyata petugas memanggil saya, tas saya juga harus diperiksa. Saya jadi malu sendiri. Tapi tidak masalah itu namanya pembelajaran.
Melakukan Tarik Tunai
Sebelum ke counter bus yang menuju KL Sentral, saya mencari mesin ATM Meps terlebih dahulu. Saya ingin merasakan tarik tunai di negara orang. Saya punya debit Muamalat. Katanya bisa untuk tarik tunai di Malaysia. Dan ternyata memang bisa. Saya tidak dikenakan biaya administrasi. Saya menarik uang tunai senilai RM250 dan itu hanya tertarik sekitar Rp855.000,- sekian.
Dan mesin ATM disini ternyata mengeluarkan pecahan mata uang yang berbeda-beda. Tidak seperti di Indonesia, hanya tersedia untuk pecahan Rp50.000,- dan Rp100.000,- saja. Disini berbeda nilai pecahan pun bisa dilakukan. Seperti saya, RM250 di mix dengan RM20 dan RM50 ada RM10 nya juga lho.
Menuju KL Sentral
Setelah melakukan tarik tunai, saya langsung menuju lantai dasar. Turun satu level kebawah. Saya menggunakan jasa Aero Bus. Rute KLIA 2 – KL Sentral.
Biayanya hanya RM12 per orang. Dan beruntung busnya sudah siap jalan menuju KL Sentral. Perjalanan di tempuh kurang lebih satu jam.
Jalan tol disana amat sepi. Sama seperti di Indonesia. Saya merasa tidak seperti di luar negeri. Saat memasuki wilayah kota, saya baru merasakan bahwa saya ada di negara orang.
Sekitar pukul 21.00 saya sampai di KL Sentral. Masuk ke terminal bus, yang juga basement. Saya bingung harus kemana saat itu. Yang aneh, masa pusat angkutan umum kaya begitu. Gimana mau naik MRT, dimana loketnya? Nggak ada.
Ternyata banyak pasangan bulan madu dari Indonesia. Mereka ke arah lift. Saat lift terbuka, saya ikut masuk. Dan kita disini sama-sama bingung. Harus ke lantai berapa. Ditekanlah lantai 2. Sampai.
Saya kaget lagi, kok malah ke mall? Tapi ada MRT diatas. Gimana cara naiknya? Teman saya kemarin naik Grab. Lalu saya harus kemana supaya sama dengan dia ke hotel naik Grab. Saya pusing. Bolak balik, naik turun eskalator. Hingga perut terasa lapar. Saya makan fastfood lagi. Dua paket ayam tanpa nasi diganti dengan french fries. Pikir saya mungkin sudah malam jadi tidak makan nasi.
Setelah makan, saya ke pusat informasi KL Sentral, saya lihat green line Monorail ke arah Stasiun Bukit Bintang. Saya mengira ini pasti transportasi umum yang tepat untuk kesana. Dan sepertinya dekat dengan tempat penginapan saya.
Saya tanya ke petugas setempat. Dia mengarahkan saya untuk naik ke lantai 2, tempat pertama kali tadi saya sampai. Ikuti petunjuk saja katanya. Saya ikuti perintahnya.
Membeli Kebab di Stuff’d
Perut saya masih terasa lapar. Akhirnya saya lihat ada kedai makanan yang menjual kebab, tacos dan burger. Karena saya takut kalau pesan yang aneh tidak halal, saya pesan kebab saja.
Ternyata cara pesannya bukan langsung bilang ke kasir. Karena disana banyak menyediakan topping, jadi setiap pembeli wajib memilih beberapa topping sesuai ketentuan. Seperti gambar dibawah ini.
Pilih topping sesuai yang diinginkan. Karena waktu itu saya tidak mengerti, akhirnya semua saya ceklis.
Waktu saya kasih ke kasir dan ingin bayar. Si kasir tepuk jidat. Kemudian dia jelaskan ke saya bahwa topping yang boleh diceklis adalah sesuai barisan, bukan semua bisa diceklis.
Waduh saya malu sekali tapi saya kan akhirnya jadi tahu. Yang konyol waktu saya memilih sauce. Yang saya centang adalah harbareno dan mayonaise. Saya juga tidak tahu kalau harbareno itu ternyata cabai meksiko yang terpedas di dunia itu. Saya mengira kalau harbareno itu hanya nama cabai di Malaysia. Ternyata bukan.
Alhasil saat saya makan, pedasnya luar biasa. Sampai saya mengeluarkan air mata. Sedih. Kok pedas sekali. Hingga rasanya jadi sangat pahit. Tapi enak. Karena keesokan harinya, saya juga pesan lagi dengan sauce yang berbeda hehe?
Untuk harga kebab ini RM8.50, sama dengan satu porsi nasi pecel disana. Karena ukurannya juga besar. Untuk porsi dua orang.
Naik Monorail ke Bukit Bintang
Setelah membeli beberapa jajanan untuk mengganjal perut. Saya melanjutkan perjalanan ke Bukit Bintang dengan Monorail.
Awalnya saya khawatir kesasar. Karena saat itu sudah pukul 22.00 waktu Malaysia. Saya khawatir tidak ada lagi kendaraan. Tapi saya yakinkan saja. Kalau tidak kesasar, bagaimana saya bisa menjadi tahu.
Saya berjalan mengikuti petunjuk yang ada di KL Sentral. Saya lihat loket pemesanan tiket sudah tutup. Hanya ada mesin tiket otomatis. Mesinnya besar. Disana bisa memasukan uang kertas dan koin.
Lho kok sama seperti mesin tiket KRL di stasiun kereta di Indonesia. Saya coba saja. Cari Monorail ke Stasiun Bukit Bintang. Biayanya RM2.80 per orang.
Ketika saya sedang menunggu tiket saya. Seorang wanita tua menghampiri saya. Dia berbicara menggunakan bahasa China.
Yang saya tangkap dari ucapannya hanya,
“….. Hang Tuah, Hang Tuah.”
Saya tidak mengerti apa yang dia katakan. Kemudian dia meninggalkan beberapa barang bawaannya. Dan saya teringat kata-kata ibu saya, “Jangan mau kalau dititipin barang sama orang.”
Saya mencoba menunggunya hingga kembali. Ternyata lama.
Dan tiket saya sudah keluar juga. Ternyata disini bukan tiket kertas atau kartu. Tapi koin plastik. Unik sekali. Ini bisa di tap dan dimasukkan kembali ketika sudah sampai di stasiun tujuan.
Lanjut ke wanita tua tadi, lantas barangnya saya pindahkan didekat mesin tiket. Karena saya tidak mau ambil resiko. Terlihat jahat. Tapi saya juga tidak mau terjadi apa-apa.
Saya segera masuk ke peron. Tidak lama kemudian kereta Monorail datang. Bentuknya unik. Dan lumayan ramai.
Saya lihat rute perjalanan, KL Sentral – Tun Sambhantan – Maharajalela – Hang Tuah – Imbi – Bukit Bintang.
Ketika melihat tulisan Hang Tuah, saya teringat nenek-nenek tadi. Saya baru paham, dia itu tadi minta tolong ke saya untuk dipesankan tiket ke Stasiun Hang Tuah. Dan saya seperti merasa bersalah. Tapi saya lihat diseberang bangku tempat saya duduk, ada nenek-nenek itu. Berarti saya tidak bersalah. Karena dia bisa pulang hehe?
Rasanya naik Monorail, panik saat belok ke kanan atau ke kiri. Karena sangat miring. Kalau kalian pernah naik roller coaster, nah seperti itulah rasa kemiringannya.
Waktu yang ditempuh KL Sentral – Bukit Bintang dengan Monorail hanya 25 menit.
Setelah keluar stasiun. Inilah pemandangan yang saya dapatkan. Ramai luar biasa. Ini baru suasana luar negeri banget. Banyak pengamen disetiap sudut, membawakan lagu-lagu Indonesia dan dikerumuni bule-bule Western. Menghibur. Menyenangkan. Padahal itu sudah jam 22.00 lewat.
Saya sampai bingung dimana letak hotel tempat saya menginap. Ternyata bukan hotel mewah yang saya bayangkan sebelumnya. Hotelnya ada didalam ruko. Lantai 2. Yang kalau pagi dijaga orang Malaysia, kalau malam hari dijaga orang India.
Yang kalau pagi petugasnya jutek, kalau malam ramah. Inilah pengalaman saya, perjalanan saya pertama kali pergi ke Malaysia. Masih banyak yang mesti saya ceritakan?