Bersyukur Mendapatkan Pekerjaan

Setelah berusaha mendapatkan sesuatu, kadang kita melupakan suatu hal. Bersyukur.

Contoh bersyukur bukan hanya ketika kita mendapatkan rezeki lebih.

Bersyukur masih diberi nikmat bernapas hari ini. Bersyukur bisa makan enak hari ini. Bersyukur bisa bertemu teman-teman hari ini.

Bersyukur diberi nikmat sehat sehingga bisa melakukan hal-hal diatas. Dan semuanya yang mestinya kita syukuri.

Bersyukur mendapatkan pekerjaan. Ini salah satu contoh bersyukur yang akan saya bahas.

Saya kuliah dikelas karyawan. Istimewa. Jika telat ada toleransi. Alasannya “Saya baru pulang kerja”.

Rata-rata teman saya buruh pabrik. Yang curi-curi waktu supaya bisa tetap kuliah.

Bingung saat ada pilihan lembur atau kuliah?

Pilih lembur, uangnya bertambah. Biaya kuliah mudah dilunasi.

Pilih kuliah, uang tambahan hilang dan terancam tidak diperpanjang kontrak.

Mereka sering mengeluh lewat cerita-ceritanya. Bingung harus pilih yang mana. Akhirnya mereka pilih lembur, agar ada harapan bisa diperpanjang kontrak kerjanya. Biaya kuliah bisa dilunasi, hanya saja banyak ilmu yang tertinggal. Seperti kuliah hanya mengejar supaya punya gelar.

Sedangkan saya, saya lembur dihari tertentu saja. Di hari Sabtu atau Minggu saat ada training atau event tertentu. Jadi, kuliah saya tidak terganggu dengan kegiatan pekerjaan yang lain.

Dikejadian lain. Mereka menceritakan bagaimana mereka bekerja setiap hari.

Kata si A, “Aku kerja dibagian admin gudang, setiap hari check beberapa barang yang masuk dan keluar. Nggak ada surat jalan, terus barangnya lolos bisa kena omel atasan. Dimaki-maki depan karyawan yang lain.”

Kata si B, “Aku kerja di pabrik minuman, bagian pengecekan. Setiap hari perhatiin botol minuman yang lewat. Ada barang yg bocor, bentuk botolnya jelek atau tutup botolnya nggak sempurna harus disingkirkan. Setiap hari juga, tiap satu jam 1.000 botol lewat depan mata ku. Dan aku harus teliti.”

Kata si C, “Aku mah Sabtu Minggu masuk ceu, liburnya Senin. Kan kita mah SPG orang libur kita tetep teriak-teriak, yang penting jualan. Orang masuk kerja, kita libur. Gantian.”

Kata si D, “Make up ku sudah habis. Jadi SPG make up, tapi alatnya nggak disponsorin. Jangankan disponsorin, disubsidi aja nggak. Giliran minus, gajinya dipotong.”

Kata si E, “Kita mah masih nganggur. Udah cari kesana kemari. Udah lulus test, eh nilai matematikanya kurang. Minimal 6,0 aku 5,6. Udah kerja di tiga PT tapi nggak ada pengangkatan karyawan. Akhirnya umur semakin tua, susah cari kerjaan karena usia tidak memenuhi kriteria.”

Yang sering mereka keluhkan adalah jarak dari rumah dengan tempat kerja. Yang sebegitu jauhnya, dan sebegitu mumetnya jika sudah terjebak macet dijalan. Katanya, “Udah keburu ngantuk duluan kalo mau kerja. Kelamaan dijalan. Apalagi kalo kena shift malam.”

Sedangkan saya, kerja duduk nggak berdiri seharian. Bisa makan saat kerja. Semua disubsidi. Makan enak setiap Jum’at. Diberi waktu refreshing (bonus diongkosin). Bisa kuliah tanpa pilih kalau lembur nggak kuliah, kalau kuliah diomelin gara-gara nggak lembur.

*Jangan disebutin semua, nanti yang baca iri hihihi

Dan yang lebih sedih lagi. Sudah ada dua teman angkatan saya, khususnya dijurusan saya, mahasiswa dikelas saya. Yang mengundurkan diri karena faktor biaya dan waktu yang tebatas.

Dan saya lebih beruntung dari mereka. Alhamdulillah?

Syukuri pekerjaan kita hari ini, masih ada ribuan orang dibelakang kita yang mengantre. Menanti dan menginginkan posisi kita saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *