Cerita ini sebenarnya sudah lama saya tuliskan, tapi masih tersimpan di draft. Karena hari ini adalah deadline menulis blog dan bingung ingin menceritakan sesuatu tentang apa. Akhirnya cerita yang sudah ada dirangkum kembali.
Bagi yang menyimak cerita-cerita saya sebelumnya pasti sudah tahu tentang keberanian saya menjelajah kota-kota yang ada di Pulau Jawa. Tapi sebelum cerita itu ada, sebenarnya saya adalah orang yang penakut. Takut bertanya, takut nyasar, takut pergi ke tempat jauh sendirian.
Karena sifat penakut itu, saya putuskan untuk pergi ke Semarang, ikut teman saya. Bertepatan juga dengan H+3 lebaran, saya langsung berburu tiket untuk bisa sampai ke Semarang.
Bolak-balik refresh situs resmi PT Kereta Api Indonesia. Hasilnya nihil. Saya kehabisan tiket. Keduluan. Gagal liburan.
Tapi karena saya niat. Saya buka peta Pulau Jawa yang ada rute perjalanan kereta apinya.
Untuk menghemat biaya, saya memilih untuk transit di beberapa stasiun. Tetapi dengan pertimbangan jadwal kereta yang akan saya tumpangi selanjutnya, untuk keberangkatannya harus lebih mundur 3 jam dari sampainya kereta pertama yang saya tumpangi.
Artinya jika saya naik KA Tegal Express dengan jam keberangkatan 07.25 WIB dari Stasiun Pasar Senen dan sampai di Stasiun Brebes pukul 11.45 WIB. Maka, kereta selanjutnya yang saya tumpangi, minimal jam keberangkatannya ada di pukul 15.00 WIB, start dari Stasiun Tegal.
Tujuannya supaya saya tidak tertinggal kereta selanjutnya, khawatir ada keterlambatan dari kereta pertama untuk sampai di stasiun transit.
Malam itu sebenarnya saya sudah menyerah, tidak mau ikut liburan. Apalagi hanya berdua saja. Perempuan dua-duanya juga. Tapi saya masih penasaran, saya cari kereta dengan tujuan Ps. Senen – Tegal.
Kenapa Tegal? Karena saya punya teman empat sekawan yang tinggal disana. Dan saya pikir satu hari boleh juga, bisa dua tempat sekaligus untuk saya kunjungi. Karena di peta, dua daerah itu satu arah.
Tapi sayang saya kehabisan tiket. Saya cari lagi. Terpikirkan oleh saya. Tetangga dekatnya Tegal itu siapa? Ternyata si Brebes. Saya paksakan cari tiket Ps. Senen – Brebes. ADA! Langsung saya pesan tiketnya. Urusan saya sampai di Brebes mau kemana itu belakangan. Yang penting saya sampai disana dulu. Jaman sekarang kan ada ojek online. Semua bisa dengan mudah dipesan secara online.
Selanjutnya saya mencari tiket untuk bisa sampai ke Semarang. Tegal – Semarangponcol. Ada. Masih banyak. Dan ternyata saya satu kereta dengan teman saya yang mengajak liburan itu. Semula dari kesepakatan bertemu di stasiun tujuan akhir Semarangponcol ternyata bertemu di kereta. Karena dia start dari Stasiun Pekalongan. Naik kereta yang sama.
Sebelum menceritakan bagaimana liburan saya di Semarang. Saya ingin menceritakan bagaimana liburan saya transit di Brebes dan Tegal.
Saya yang pada waktu itu baru pertama kali main jauh-jauh ke kampung orang, sampai di Brebes. Daerah yang identik dengan bawang merah dan telur asin. Yang biasanya dijajakan disepanjang jalan, yang disebut jalur pantura itu.
Awalnya saya juga memutuskan untuk lanjut perjalanan ke Tegal. Dengan usaha sendiri. Tetapi saya juga sudah usaha sih, untuk kabari teman yang ada di Tegal khawatir saya nyasar. Dan ternyata saya malah dijemput, di Stasiun Brebes. Oleh siapa? Oleh sepupunya Pak Boss. Kak Rani. Yang waktu itu baru pulang dari acara pernikahan temannya. Diajaklah saya ke Masjid Agung Brebes, letaknya disamping Alun-Alun Brebes, yang ada Monumen Bawang Merahnya. Dan saya baru tahu, ternyata rumah teman saya yang satu ini di Brebes saya kira semua orang Tegal. Ternyata tidak.
Kemudian mampir sekaligus lebaran kerumah tantenya si Boss. Disini saya disuguhi tahu aci. Yang harganya Rp7.000,- tapi banyak isinya. Artinya makanan ini sangat murah.
Pertemuan saya dengan ibunya Kak Rani, membuat saya tersinggung. Ibu nya bilang seperti ini ke saya.
“Oh ini, temannya yang dari Bekasi. Kamu sendirian? Wah, bandel ya bandel banget.”
Karena saya memang bandel, main jauh-jauh. Akhirnya saya cuma senyum-senyum saja. Kemudian pamit dan lanjut ke Tegal.
Kali ini kerumah Kak Winda. Disini juga saya disuguhi banyak makanan, yang tidak pernah ketinggalan. Tahu aci. Arum manis dan semua makanan yang manis-manis. Mengingat besok adalah hari lamarannya. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah saja main sebentar di Alun-Alun Kota Tegal. Sebelum saya melanjutkan perjalanan ke Semarang.
Seperti biasa, sebelum kami sampai di alun-alun, maka harus saling samper menyamper. Yang terakhir mendatangi rumah Kak Nisa. Disini saya merasa tersingung lagi karena ucapan ibunya Kak Nisa. Sama seperti ibunya Kak Rani. Beliau bilang ini.
“Namanya siapa? Kesini sendirian. Dari Bekasi ya? Wah cewek tapi kok bandel.”
Karena saya malu, dan merasa nakal sekali. Akhirnya diperjalanan menuju alun-alun, saya memberanikan diri bertanya kepada Kak Rani.
“Kak Rani. Bandel itu kalau disini artinya apa? Nakal?”
Kak Rani bilang, “Bandel itu artinya berani, bukan nakal. Jadi kamu tuh dibilang bandel dari tadi itu bukan karena kamu nakal. Tapi berani.”
Mendengar itu saya jadi tertawa sendirian. Dan saya pikir, karena perbedaan bahasa dan arti. Saya jadi tersinggung sendiri. Padahal itu pujian. Maapkeun?
Jadi bagaimana perjalanan anak bandel selanjutnya di kota yang punya slogan Kota ATLAS itu. Ada di postingan selanjutnya?
Tapi besok ya….
One thought on “Aku Si Anak Bandel”