Seperti biasanya kegiatan rutin menulis blog ditiap minggu, dengan deadline di hari Kamis. Syarat supaya bisa makan siang bersama di hari Jum’at. Itu tujuan utamanya. Tujuan bersama rekan kerja sih, bukan tujuan saya saja. Hehehe?
Sebenarnya kegiatan makan bersama dihari Jum’at sudah ada sejak lama. Dari saya baru mengenal Excellent pun sudah ada. Tapi di masa sekarang ini ada ketentuan baru “Jika semua staff sudah menulis blog, maka makan siang di hari Jum’at diadakan. Kalau salah satu diantara kami ada yang belum tulis cerita di blog, maka makan siang di hari Jum’at ditiadakan.”
Tujuan yang sebenarnya itu supaya blog kami semua update dengan cerita-cerita yang baru. Membiasakan diri untuk menulis agar pandai merangkai kata?
Kadang saya bingung, minggu ini mau tulis cerita apa? Siapa yang akan saya ceritakan? Bingung seperti saat ini. Tapi di minggu ini ada saja cerita yang saya temukan, satu topik yang mungkin terbilang ‘gabut’.
Si Fathul. Saya biasa panggil dia Mas Fathul, karena dari usia pun lebih tua dia daripada saya. Walau saya mulai masuk kerja lebih dulu daripada dia, jadi hitungannya saya adalah seniornya.
Mas Fathul ini yang biasa bantu kami semua mengurus kebutuhan rumah tangga di Excellent. Teman berantem saya. Juga, teman berkebun si Boss di taman belakang Excellent.
Sering kali si Boss perintah dia untuk beli ini itu, contohnya seperti media berkebun dan bibit tanaman. Tapi kadang si Boss suka lupa kalau Mas Fathul sedang keluar kantor beli kebutuhan yang diperintahnya.
Si Boss suka tanya ke saya “Fit, si Fathul kemana?’
Saya sendiri pun suka tiba-tiba gagap jawab pertanyaan itu. Karena saya juga tidak perhatikan keluar masuk nya Mas Fathul ke kantor.
Kenapa saya yang ditanya? Karena posisi tempat kerja saya ada dibagian depan. Di meja resepsionis. Lalu lalang orang yang keluar atau masuk kantor itu pasti saya duluan yang tahu.
Berawal dari situ akhirnya saya coba bilang ke Mas Fathul “Kalau mau keluar bilang ke saya atau Mbak Rahmi (teman semeja saat bekerja), supaya kalau si Boss nyariin saya bisa jawab.”
Tapi Mas Fathul terbiasa menghilang begitu saja, ndak pamit bilang mau kemana. Sampai akhirnya saya bingung kalau si Boss tanya “Fathul kemana?”. Dan akhirnya mulai minggu ini, saya catat dibuku kemanapun Mas Fathul mau pergi.
Catat daftar perjalanan dia setiap hari. Dinas luar kantor. Itu juga kalau saya ingat, kalau tidak ingat ya terlewat. Tapi tetap saya usahakan catat, tanya siapa yang tahu dia pergi kemana untuk antisipasi si Boss tanya lagi ke saya “Si Fathul kemana?”. Tapi semenjak saya tulis, sepertinya Mas Fathul mulai sadar bahwa semestinya dia lapor ke saya. Jadi saya nggak perlu repot-repot nulis, macam sekretarisnya saja.
Pergabutan di minggu ini menambah satu cerita saya di blog. Mengumpulkan jejak kaki orang lain.