Biasa Diluar Hingga Luar Biasa (Part I)

Awal pertemuan saya dengan keluarga Excellent bermula saat saya sedang keliru mencari tempat PKL. Ya, awalnya dari pilihan mencari PKL. Karena saya SMK ada masa dimana siswa perlu belajar dan praktek di lapangan. Kepanjangan PKL sendiri bukan “Pedagang Kaki Lima” tapi “Praktek Kerja Lapangan”.

Waktu itu seluruh murid dikelas saya diharuskan mencari tempat latihan kerja yang sesuai dengan jurusan. Berhubung saya ada di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, rasanya sangat sulit jika harus cari tempat PKL yang sesuai dengan jurusan yang saya pelajari. Apalagi saya perempuan, dikasih tugas banyak bukannya dikerja-in malah ditangis-in.

Seperti orang melamar pekerjaan, loncat dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Ada yang menerima dengan tugas sebagai tukang fotocopy. Ada juga yang menolak, karena alasan sekolah saya tidak kerjasama dengan perusahaan itu.

Masih bingung ingin cari dimana lagi dan yang seperti apalagi. Paling-paling terpaksa jadi tukang fotocopy sambil bikin kopi.

Mencari PKL masih berlanjut, sekolah pun masih terus disuruh masuk. Kebetulan waktu itu masuk jam pelajaran bu Nikmah. Guru produktif sekaligus kepala program yang katanya ‘galak’. Emang galak sih. Galak banget, kalau ketahuan ga ngumpulin tugas hehe?

Dia kasih nasehat pagi itu soal persiapan menjalankan praktek kerja, dia menyarankan kami semua (kelas TKJ A) ke salah satu perusahaan IT untuk coba PKL disana. Karena kakak kelas juga banyak yang PKL disana. Dengan syarat harus pintar, nurut, berani dan ga bikin malu. Bunda (panggilan kesayangan) bilang, “Coba kalian kesana, tempatnya pak Vavai nama PT nya Excellent. Dia itu orangnya tegas, kalau kalian ga nurut dimaki-maki nanti sama dia.”

Mendengar kalimat itu, semua murid di kelas saya jadi merasa takut. Dari 32 siswa yang terdiri dari 22 laki-laki dan 10 perempuan, belum ada yang berani untuk pergi melamar PKL ke Excellent.

Dua hari setelah itu, akhirnya salah satu teman saya mengajak untuk coba tanya-tanya soal PKL ke Excellent. Nama dan logo Excellent sendiri ternyata sudah sering saya lihat. Di tas kakak kelas saya itu. Namanya Trisha. Kalau berangkat sekolah sering kali dia didepan saya. Jalan dari parkiran motor ke sekolah. Tas yang ia bawa untuk sekolah disponsori oleh Excellent. Mantan anak PKL Excellent ternyata.

Total pelamar saat itu masih tiga. Mega, Erni dan saya. Singkat cerita, kami bertiga konsultasi ke Bunda. Bunda bilang email langsung ke pak Vavai. Karena Mega sering dijadikan bahan percobaan. Akhirnya si Mega yang disuruh email *yahketahuandeh. Pak Vavai bilang hari kamis dia ada di kantor. Padahal di hari kamis kami bertiga ada pengarahan di sekolah. Izin sekolah, pergi menemui pak Vavai.

Wah bakal ketemu big boss nih. Yang saya bayangkan waktu : Big. Yang badannya besar, kulitnya hitam, suaranya berat dan tatapannya seperti harimau mau menerkam. Sama seperti yang dibilang Bunda, “salah-salah kamu bakal dihina”.

Setelah bertemu ternyata jauh berbeda. Ga seram. Ngomongnya lembut. Ga ada niat menghina. Paling suka keceplosan ngatain hehehe?. Sempat berfikir boss nya ‘China’. Ternyata nggak. Dia orang tambun. Makin tercengang saya.

Pak Vavai minta dua anak PKL, yang datang tiga (perintah Bunda). Beliau disuruh pilih dua diantara kami bertiga. Karena tidak tega, akhirnya dia terima kami semua.

Selama tiga bulan, PKL saya lancar jaya. Tidak ada dihina, tidak ada dimaki. Kami bertiga merasa sangat disayangi. Setiap Jum’at selepas makan siang bersama, tidak pernah lepas nasehat dari pak Boss (pak Vavai). Perkataan Bunda hanya menguji soal keberanian kami. Ini foto di hari terakhir saya dan teman saya PKL.

 

Yang baju merah itu namanya Bu Nikmah, kalau di sebelah kanannya bu Nikmah itu saya. Jangan terbalik. Disini masih unyu-unyu muka nya. Diambil dari 2 tahun lalu.

Ada juga tulisan pak Boss di Facebook yang saya screenshoot, tentang kesan-kesan beliau selama kami PKL diperusahaannya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *