Bukan Jalan-Jalan Biasa

Liburan saya selanjutnya adalah pergi ke Kota Batu. Semenjak saya tahu kalau jalan-jalan sendiri itu asyik, Kota Batu menjadi pilihan daerah yang pasti akan saya kunjungi.

Dikesempatan liburan kali ini, saya manfaatkan untuk mengunjungi Kota Batu. Awalnya perjalanan saya ke Batu tidak diizinkan oleh ibu. Karena saya perempuan, pergi sendirian, dan jalan-jalan jauh hingga ke pulau Jawa bagian Timur. Tidak ada sanak saudara atau orang yang dikenal disana. Membuat ibu saya takut, anak perempuannya luntang lantung disana hehehe?

Atau mungkin ibu saya membayangkan bahwa Batu adalah gunung yang tinggi sekali, yang banyak jurangnya dan hutan-hutan. Saya jelaskan ke ibu saya, bahwa disana ada banyak wisata, dan tidak perlu khawatir karena saya sudah pesan hotel untuk beristirahat. Akhirnya ibu saya “mengiyakan”.

Perjalanan saya mulai dari Stasiun Solobalapan menuju Stasiun Malang (Kota Baru). Berangkat pukul 21.49 WIB sampai Malang pukul 03.45 WIB.

Banyak yang tanya ke saya, “Ngapain liburan ke Malang dan Batu sendirian? Dihari-hari biasa lagi. Bukannya kerja?”

Saya jawab, “Ada tugas kantor, disuruh pak Boss jauh-jauh ke Malang untuk metik apel.”

Ini istimewanya tempat saya bekerja. Karyawannya diizinkan jalan-jalan seminggu untuk refresh otak bebas dari pekerjaan. Diongkosi pula.

 

Wisata Petik Apel

Kalau jalan-jalan sendiri ke daerah Batu atau Malang dan sekitarnya, wisata yang cocok dan murah ya petik apel. Kalau ke Bromo mesti sewa travel, kalau sendirian biayanya bisa bikin kesel. Menghindari saya kesel, akhirnya petik apel.

Tempat wisata petik apel yang saya kunjungi, ada di daerah selecta. Arah ke tempat pemandian air panas Cangar. Yang disetiap sisi jalan, pasti banyak yang jual apel, atau kebun apel untuk wisata, dan rumah penduduk yang masing-masing punya pohon apel. Atau lebih tepatnya masuk ke Desa Punten.

Ada dua jenis apel yang ditanam dan boleh dipetik. Ada apel merah dan apel manalagi. Apel yang kulitnya ada warna merah, rasanya asam manis.

Kalau apel yang bewarna putih kekuning-kuningan itu sudah pasti rasanya manis walaupun ukurannya kecil. Tapi kalau masih pentil tetap asam ya gaes…

Untuk biayanya, ada beberapa rincian. Biaya masuk Rp25.000 per orang. Makan sepuasnya dan petik apel sepuasnya. Kalau sudah, coba keluar kebun apel dan timbang berat apel yang sudah kalian petik. Kemudian silakan bayar Rp30.000 per kg?

Kok mahal sih?
Iya jelas mahal. Karena kalau petik apel sendiri itu sensasinya berbeda. Suasana kebun yang adem dan pemandangan hamparan pohon apel. Bisa lari kesana kemari terserah mau petik apel yang mana. Misalnya juga kejedot pohon apel yang pendek pohonnya, rimbun daunnya dan lebat buahnya itu. Kalau beli yang sudah dijajakan dijalan kan tidak bisa merasakan kejadian kejedot pohon. Pokoknya dibuat geregetan ingin petik apel sebanyak-banyaknya. Tidak usah khawatir uangnya habis. Ada solusinya supaya tetap bisa bawa pulang apel. Disana banyak yang jual keripik apel. Beli saja keripiknya, rasanya pun sama. Harganya juga lebih murah.

 

 

Museum Angkut

Sudah puas dan tahu bentuk pohon apel serta sensasi petik apel sendiri. Saya lanjutkan perjalanan ke Museum Angkut yang hits dikalangan remaja yang suka jalan-jalan berburu foto untuk diupload ke instagram.

Disana ada apa sih?
Disana banyak kendaraan antik. Kalau kalian suka automotif ya pasti senang berlama-lama disana. Kalau seperti saya yang hanya ingin tahu, dan meninggalkan jejak kaki disana pasti bosan.

Museumnya bagus, penataannya keren sekali. Ada guidenya juga disetiap stand, jadi bisa bantu kita yang jalan-jalan sendirian untuk ambil gambar.

Untuk biaya masuknya berapa? Karena saya datang di hari biasa jadi ada potongan harga, dari yang seharusnya Rp100.000 menjadi Rp70.000 saja. Dibuka mulai dari jam 12.00 WIB hingga 17.00 WIB saja. Kalau berkunjung ke Museum Angkut jangan lupa foto di Gangster Town ya… Biar kekinian.

 

Batu Night Spectacular

Sebelum berangkat liburan ke Malang. Pak Boss selalu menyarankan saya untuk datang ke BNS (Batu Night Spectacular). Kebetulan sekali hotel saya letaknya ada disamping BNS ini. Jadi sehabis cari makan malam bisa mampir sebentar. Kalau siang, tampilannya seperti pasar malam. Ketika malam, bentuk dan tampilannya berubah seperti pasar malam juga tapi kelas elit. Dufan KW 1 lah. Tiket reguler masuknya murah, hanya Rp30.000 untuk tiket terusan Rp99.000 untuk beberapa permainan tanpa beli tiket lagi. Jam operasional dibuka dari 15.00 WIB – 24.00 WIB.

 

Makan Es Krim Mahal

Kalau ke Malang jangan lupa juga mampir ke Toko Oen. Toko ini bernuansa tempo dulu. Daftar menu pakai bahasa Belanda. Saat ini Toko Oen hanya tersedia di dua tempat saja, Semarang dan Malang. Awalnya toko ini hanya menjual beberapa kue dan es krim. Saat ini mereka juga menjual masakan Belanda, Indonesia dan Cina.

Waktu saya berkunjung kesana, saya coba lihat beberapa menu makanan. Harganya di atas Rp10.000 semua. Karena Toko Oen terkenal dengan es krimnya, akhirnya saya pesan es krim seharga Rp25.000 dan hotdog seharga Rp35.000.

Sudah menunggu cukup lama. Ternyata hotdog yang saya pesan tidak ada. Akhirnya hanya es krim saja yang saya pesan saat itu. Tetapi ekspetasi dan realitanya berbeda jauh.

Ini ekspetasi saya, es krim yang saya bayangkan yang akan diantar ke meja saya.

Realitanya, hanya semangkuk kecil es krim rasa vanila yang diantar ke meja saya.

Saya terus tertawa sendirian. Sambil geleng-geleng kepala. Datang penuh khayalan bisa menikmati es krim selucu dan sebanyak yang ada di google. Yang sampai ke meja saya ternyata es krim biasa. Ini menjadi es krim termahal yang pernah saya beli. Rasa susunya terasa sekali. Apalagi menikmatinya satu ruangan bersama dengan sekumpulan wisatawan dari manca negara. Itu yang buat es krim ini terasa beda dari yang lain.

 

Kampung Tridi

Tak mau berlama-lama di Toko Oen. Akhirnya saya pulang ke Kampung Tridi. Pemukiman warga yang dijadikan tempat wisata itu. Yang isinya lukisan-lukisan ditiap dinding dan atap rumah warga.

Biaya masuknya Rp3.000. Kalau hanya sekedar mampir dan ingin tahu bentuknya tidak masalah merogoh kocek segitu.

Dari Toko Oen ke Kampung Tridi saya naik ojek online. Karena saya bawa koper, si driver tanya asal saya dari daerah mana.

Saya bilang, saya dari Bekasi. Si driver tanya lagi, “Mbak nya jauh-jauh dari Bekasi ke Malang cuma mau ke Kampung Tridi?”

Dalam hati “Haha يكل bang”

Dan dari sekian banyak tempat wisata yang saya kunjungi dalam seminggu ini hanya Batu dan Malang yang bisa buat saya jadi galau serta harus membayar biaya pembelajaran yang mahal. Diawal perjalanan saya ke Kota Batu, saya harus mengeluarkan uang sebesar Rp300.000 hanya untuk membayar ojek dari Stasiun Malang ke hotel yang kebetulan letaknya ada di Kota Batu. Ini diluar dari yang saya bayangkan. Dari kejadian itu, saya sarankan untuk kalian yang bepergian sendirian seperti saya untuk lebih baik naik kendaraan lain daripada naik ojek.

Dan yang terakhir ini sih galau karena baper sendirian. Jadi waktu masih di Kota Batu. Malam hari di hotel sendirian, terus handphone sepi gitu nggak ada yang chat. Sinyal suka hilang entah kemana. Jadi nangis deh karena ngerasa sendirian?ditambah udara yang sangat-sangat dingin jadi malas keluar, padahal tempat wisata dekat dengan hotel. Sekian cerita dan curhat saya, terimakasih?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *