Minggu ini saya akhiri dengan pergi berlibur ke kampung halaman. Di Kebumen, tempat lahir dan dibesarkannya ibu saya. Modal uang Rp150.000, saya bisa beli tiket kereta api pulang pergi, minggu lalu. Jurusan Pasar Senen – Kroya begitu juga sebaliknya.
Pada awalnya saya ragu. Karena saya penakut. Tidak pernah jalan-jalan jauh sendirian. Harus sama orang tua. Karena saya manja kalau pergi-pergi an naik transportasi umum. Banyak jajannya, dan bisa saja masuk angin akhirnya mabok darat. Kalau sudah bgtu, maunya di pukpuk ibu. Diolesi minyak angin, dan dipijat badannya.
Berkat tugas dadakan dikirim ke klien sendirian, akhirnya saya coba pulang kampung sendirian pula. Menurut saya, jalan-jalan sendiri itu asyik. Saya bisa melakukan apa saja. Suka-suka saya. Terserah saya. Dan lebih mawas diri. Saya jadi lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Banyak bertanya. Karena banyak yang saya tidak ketahui. Lebih banyak ilmu yang saya dapat. Misal dari hal kecil, waktu dikirim ke klien ga ngerti cara naik lift. Sekarang saya tahu, gimana caranya naik lift. Boss saya sering bilang “malu cukup sekali, tidak tahu cukup sekali, ditertawakan orang juga cukup sekali, tidak perlu diulang berkali-kali”.
Kalau saya punya budget lebih banyak dan waktu senggang. Saya akan menjadwalkan diri pergi ke tempat yang lebih jauh, dan lebih menarik. Sendirian.
Perjalanan dari Jakarta – Cilacap menggunakan kereta Serayu via Bandung memakan waktu 11 jam (seharusnya) ditambah keterlambatan kereta 30 menit. Jadi 11 jam 30 menit. Maklum tiket kereta murah. Kelas ekonomi. Tapi pemandangannya Masha Allah luar biasa indahnya. Saya bisa cuci mata. Liat yang ijo-ijo kalau kata orang bekasi. Bisa ya, manusia buat jalan kereta keliling pegunungan, diatas jurang. Se-ekstrem itu.
Sesampainya saya di Stasiun Kroya, banyak sekali tukang ojek. Tapi saya ga naik ojek, saya dijemput paman saya. Kereta sampai itu pukul 20.00 WIB. Sedangkan saya harus melanjutkan perjalanan ke Kebumen. Cilacap – Kebumen saya tempuh 30 menit. Naik motor jadul. Asyik banget kan. Malam, gelap, dingin, lewat sawah ga mendung ada bulan dan banyak bintang. Udara nya beda. Wangi rumput dan pohon. Bisa ngebut loh. Jalannya bagus. Ga macet pula. Kira-kira seperti ini lah pemandangannya kalau siang hari. Kalau malam hari gelap sekali, tidak ada penerangan jalan selain lampu motor orang lain yang lewat.
Ga seperti dibekasi, dipengkolan saja macet. Heran saya juga.
Akhirnya saya sampai di rumah eyang. Lewat sekolahan. Bangunannya dari jaman londo (Belanda). Ada 3 sekolahan. Ibu saya bilang, “kalau lewat sekolahan jangan pernah nengok ke belakang, jalan aja lurus kedepan, itu pesan eyang akung.” Kalimat itu selalu saya ingat sampai sekarang. Percaya ga percaya, didepan rumah eyang saya itu sekolahan angker katanya. Eyang uti saya memang bisa liat makhluk ghaib. Bahkan ular masuk kerumah saja, beliau tau. Baunya langu katanya.
Tapi saya ga mau mikirin itu. Daripada saya takut sendiri. Lebih baik saya bersih badan, lalu istirahat. Untuk persiapan besok, pergi ke gubuk jamur dan tempat pembuatan gula jawa milik kakak sepupu saya. Dan berlibur ke tempat wisata lainnya yang ada di Kebumen.
trima kasih sudah berbagi cerita min
cocok nih jadi buku